twitter instagram linkedin
  • HOME

"Saya percaya bahwa tidak satupun hal di dunia ini yang akan berujung pada kesia-siaan. Sekalinya hal yang diusahakan ternyata gagal, pastilah berbuah pengalaman dan pelajaran. Atau bila hal tersebut mencapai akhir cerita, maka terbitlah sebuah memori yang akan menghiasi pikiran dan hati. Terkadang, membiarkan pergi adalah keputusan terbaik atas nama keikhlasan. Hidup adalah berpindah, dari satu siklus ke siklus lainnya. Hakikatnya semua potongan-potongan ini adalah sebuah skenario besar yang sudah dirancang Tuhan, bukan begitu kan?"

Human writes their own story, but God is the only one capable of rearranging the plot. We plan, God decide.







Mengapa kau sudah bangun? Ini masih dini hari. Tidak bisa tidur kah? Masih juga mimpi yang sama? Ah, pasti melelahkan rasanya. Lihat lingkaran hitam dibawah matamu, makin tebal saja rupanya. Lalu, cangkir bekas apa itu? Belum dicuci. Biar ku lihat dulu apa isinya. Ah, kopi lagi pastinya. Pantas saja.

Hei, kamu.

Aku rindu bintang di matamu. Mengapa sekarang sinarnya redup? Bahkan mati sebentar lagi sepertinya. Mengapa ia kalah ditelan gumpalan awan hitam yang seakan-akan selalu mengikutimu? Sedang musim hujan kah? Kau apakan matamu? Bengkak begitu. Dijeram air mata yang tak kunjung henti kau tumpahkan? Pantas saja. Jadi rabun kau rupanya sekarang, sehingga tak bisa melihat mana yang baik dan mana yang jahat. Tak sekalian saja kau tusuk matamu dengan belati sampai berdarah dan buta?

Hei, kamu.

Aku rindu tawamu. Mengapa sekarang sudah tak terdengar? Bahkan jadi sunyi menyeramkan. Sekalinya kau bersuara, hanya isak tangis dan keluhan yang keluar. Penat aku mendengarnya. Lupakah kau caranya untuk tertawa? Perlu kau ku seret ke rumah sakit jiwa biar kau melihat mereka yang bahkan bisa tertawa sendirian?

Tak lelahkah dirimu?

Mengobral senyum diluar sana. Memperlihatkan bahwa kau baik-baik saja. Kau telan mentah-mentah guyonan mereka yang terkadang terlewat batasannya. Kau diamkan mereka yang menjadikan perihmu sebagai hiburan, gratis. Tak perlu bayar, tak perlu jauh-jauh ke Dufan.

Tak lelahkah dirimu?

Memperdulikan dia yang jelas-jelas telah membuangmu. Kau langkahkan kakimu kesana kemari mencarikan solusi untuk dia yang bahkan tidak perduli dengan tugasnya sendiri. Kau perangi rasa sakit hati untuk menemani dia yang selalu bertemankan sepi.

Matamu telah buta. Kau pun seakan menjejalkan permen karet ke telingamu sendiri. Tuli.
Kau bahkan lebih bodoh dari binatang yang masih punya insting sehingga dapat merasakan bahaya yang datang. Atau kau memang sudah mati rasa? Ah, aku bahkan tak tau lagi cacian apa yang pantas kau terima.

Pulanglah.....


Kau mungkin memang merasa sudah besar. Tapi ayah ibumu tak membesarkanmu untuk menjadi perempuan yang lemah dan hilang arah. Jangan kau begini gara-gara cinta. Mencintai itu seperti kuku, harus dipotong jika memang sudah terlalu panjang, agar ia tidak mencakar dirimu sendiri sehingga berdarah. Tapi kuku pasti tumbuh lagi. Kau juga layak untuk dicintai.

Teruntuk perempuan yang ada di dalam cerminku...

Sudah, ya. Berusahalah untuk mengistirahatkan pikiranmu. Kembalilah kesini, kau perlu dipeluk oleh ketentraman yang menghangatkan, agar kau tak lagi beku. Buka juga hatimu, biar Tuhan mengisinya lagi dengan curahan kebahagiaan yang baru.

Aku tunggu.





Ada yang bilang, jarak adalah musuh besar kebersamaan. Jarak memisahkan dua raga yang seharusnya berjalan berdampingan.

Tapi benarkah demikian? Ada pula yang bilang, jarak akan menguatkan. Ketika dua hati terpaut pembatas yang begitu luas, disitulah letak kesetiaan akan ditemukan.

Siapa yang bisa memberikan jaminan? Namun jarak yang paling jauh, bukanlah di ukur dari banyaknya kilometer yang terbentang, melainkan ketika kita sedang berjalan seiringan, namun hati dan pikiran berkhianat menuju tempat lain persinggahan.

Semesta sedang mempermainkan. Dan manusia terlalu angkuh menganggap dirinya adalah pemilik dari kehidupan. Katanya, hidup adalah perpindahan. Kita terus dipertemukan dan tidak tahu kapan harus kembali mengalami perpisahan. Apa ada cara lain, selain bertahan dan mengikuti alur perjalanan?

Berapa banyak orang yang telah kita temui, dan berapa banyak yang tetap tinggal di kehidupan, bukan sebatas menjadi kenangan? Bagaimana kita bisa tahu, kapan kita harus berhenti melakukan pencarian?

Katanya, cinta dapat mematikan logika. Katanya pula, cinta adalah soal rasa, bukan hanya teorika. Namun, dapatkah ia disebut cinta, bila memiliki kadaluarsa? Atau, apakah yang namanya cinta, dapat terbagi sedemikian rupa?

Kalau semesta berkonspirasi untuk mempersatukan, mengapa selalu tangis dan air mata yang tersisa di akhir cerita? Layaknya semua roman picisan yang selalu indah di awal, namun lenyap seketika dimakan zaman. Cinta yang tadinya terasa menyejukkan dan mendamaikan, kini hanya menyisakan simpul luka yang tak bisa teruraikan.

Bukan jarak musuh besar kebersamaan. Ia kecil, jika tak ada yang namanya kebohongan dan penghianatan. Lalu, apa gunanya cinta, bila hanya menimbulkan kesengsaraan untuk melupakan? Apa cinta tahu, bagaimana perihnya mengalami kehilangan? Jatuh ke dalam lubang yang sangat dalam, bagaimana bisa melanjutkan kehidupan, bila tak ada lagi cinta yang dahulu digenggam?

Mungkin duka yang paling pedih adalah duka yang dibalut oleh tawa yang keras. Cinta yang paling sedih
adalah cinta yang dibalut oleh keterpaksaan. Dan kehilangan yang paling perih adalah keberadaan yang dibalut oleh harapan semu.

Ah, menyedihkan.

Kini aku tahu, berdampingan tidak selalu dapat bergenggaman tangan. Kita mungkin tetap berjalan beriringan, melewati rute kehidupan yang masih satu arah dan tujuan, namun kita telah berbeda jalan pulang.

Kemana?

 


Di semua sudut jalan sejauh pandang, ku lihat hanyalah remang. Tak ada warna yang menyilaukan, riuh orang dan kendaraan yang memekakkan pendengaran, pun tak ku jumpai burung-burung berani berterbangan. Dimana aku sekarang?

Ku buka catatan demi catatan dalam pikiran. Tenggelam jauh menuju dasar kehampaan tak berujung dan tak berakar. Berjalan masuk, sedikit berlari, sampai aku menemukan sebuah keramaian. Apa ini? Seperti ada pasar dalam perasaan, ku terjebak dalam kerumunan emosi tak tertafsirkan.

Terdorong kesana kemari oleh riuh macam rasa tak tergambarkan. Ku perhatikan raut-raut wajah sang pembuat kebisingan, tapi tak satupun ku kenal; Siapa kalian? Tanyaku heran. Perasaan dalam jiwa, kata mereka sembari tertawa.

Gelap, pengap, aku merasa sesak. Satu persatu mereka mulai merengkuhku dengan nafsu; Mengikat dan membelenggu, aku terkukung dalam semu. Berteriak dan memberontak, ku lepaskan diri dengan susah payah sampai berdarah.

Kemana aku harus pergi sekarang? Ramai rupanya bukan yang menyenangkan. Lalu ku seret kakiku menuju persimpangan jalan ke sebuah gang tanpa papan. Ah, disini tak ada orang, mungkin aku bisa beristirahat sebentar, dan bersandar dengan tenang.

Semilir angin dingin tiba-tiba datang tanpa undangan. Ku rasakan sensasi menggelitik pada tengkuk leherku yang kurus menjulang; Ini bukan rasa yang menentramkan, ku tajamkan mata bersiap menyambut apapun yang datang.

Lama, ku tunggu namun tak ada yang tiba. Ternyata aku salah, buktinya aku masih sendiri berteman sunyi; Dimana ini? Tanyaku sambil berdiri. Ini dalam hati, terang sebuah suara tanpa pemilik.

Aku tercekat, suara itu terdengar keras dan datar namun tidak ramah. Ketakutan, aku memutuskan untuk berbalik dan keluar. Baru beberapa langkah, didepanku menjulang sebuah tembok yang menghalang. Apa lagi ini sekarang? Ku coba tendang dengan sekuat tenaga, namun tetap bergeming dengan jumawa.

Apa maumu? Aku tanya dengan lantang pada suara tak bertuan itu. Tak ada jawaban, sampai ku dengar sebuah tangisan. Segera kehampaan merasuki dada, air mataku pecah juga. Aku menyerah, rasa apa ini? Begitu membuat tersiksa.

Seiring bulir air yang jatuh dari mata, tembok itu perlahan mulai sirna. Nyaris tanpa tenaga, aku merangkak untuk bangkit keluar dari tempat yang sangat suram ini. Suara tangis itu belum juga berhenti, sepertinya ia rindu akan sesuatu. Ah, bukan urusanku, yang penting aku terbebas dari kurungan itu.

Sejauh ku berjalan, seperti hanya berputar-putar pada satu persimpangan. Hitam, putih, dan abu-abu, aku merasa berada dalam masa lalu. Ini tidak asing, seperti jalan yang pernah ku lalui sebelumnya. Tapi kapan?

Aku mendongak, melihat langit yang tertutupi awan hitam. Ku coba perhatikan, ternyata itu bukan awan, melainkan aliran-aliran ingatan yang berterbangan Astaga, bagaimana ini bisa aku rasa? Apa aku gila?

Tengok ku ke sebelah kanan, ada pasar yang ramai dalam perasaan. Aku tidak ingin kembali kesana, terlalu sesak dan susah bergerak. Ku arahkan pandangan ke arah sebaliknya, ada sepi sunyi dalam hati. Menari-nari mengajakku kembali, namun aku tidak ingin sendiri.

Kemana aku harus berpulang?

Aku hilang dalam ruang.

Aku ingin ditemukan.


-tulisan di tumblr. 1,5 tahun yang lalu





Keheningan datang lagi. Bukan, bukan kesepian. Dan juga bukan hening yang sebenarnya. Mereka semua baru saja pergi, dan aku memilih untuk tertinggal sendiri disini. Hari masih pagi, dingin menyergap akibat hujan yang turun terlalu dini. Aku rindu berbincang dengan diriku sendiri, seperti sekarang ini.

Aku sebenarnya juga mau pergi, tapi sebentar lagi. Biar ku ceritakan dulu, agar kau mengerti.

Ada kepingan hatiku yang sengaja aku tinggal ketika meninggalkan kamu, dan ada kepingan hati yang aku curi diam-diam. Ku rasa ini milikmu. Maaf, ku ambil saat kau sibuk bertukar cerita denganku, dulu. 

Ketika Tuhan memperkenalkan aku dengan kau, entah apa rencanaNya. Mengapa begini, lalu mengapa begitu. Lalu tiba-tiba aku belajar tentang arti kehilangan. Kehilangan adalah sebuah nafas yang terhembus, lalu sebuah nafas yang terhirup. Konstan.

Jadi aku sendirian lagi. Ku lihat semuanya berantakan, gara-gara kau kemarin bermain disini. Badanku sampai sakit-sakit merapikan banyak sekali. Malah, hatiku ikut-ikutan terasa perih. Tidak tau diri.

Sekarang aku sudah selesai berbenah. Ini hatiku sudah aku bersihkan, dari debu masa lalu dan sampah kenangan. Sudah lapang dan segar.

Aku sudah bersiap. Gaunku sudah putih bersih lagi, dan tidak ada lagi bekas tanah yang menempel disepatuku. Aku bahkan sudah berlatih untuk tersenyum manis dikaca, setiap malam sebelum tidur. 

Sebentar lagi.

Tunggu aku di seberang jalan sana, aku akan segera bertemu denganmu. Ini, aku ingin kembalikan kepinganmu. Lalu aku akan sepenuhnya pergi. 




People said, "the less we care, the happier we will be."

Whether its business or friendships or especially in relationships, the person who cares less always seems to be the person who hurt less. That's how it works in this world.

But there's some people who just care too much.

Beberapa dari mereka terlalu peduli dengan orang lain, bahkan terkadang seakan lupa untuk terlebih dahulu memperdulikan dirinya sendiri.
Beberapa dari mereka tak hentinya memberikan perhatian untuk orang lain, bahkan terkadang tidak terpikir untuk memperhatikan dirinya sendiri.
Beberapa dari mereka menjadikan orang lain sebagai prioritas utama, bahkan terkadang diri mereka sendiri yang terbengkalai pada akhirnya.
Beberapa dari mereka sibuk menolong orang lain, bahkan terkadang tidak sempat untuk menolong dirinya sendiri.
Beberapa dari mereka rela melakukan apapun untuk membahagiakan orang lain, bahkan terkadang diri mereka sendiri yang akan tersakiti, pada akhirnya.

I feel pity for those who care too much.

Mereka adalah orang-orang yang kesepian.
Mereka adalah orang-orang yang, berkali-kali, merasakan sakitnya disia-siakan, merasakan pedihnya pengkhianatan, merasakan pahitnya diabaikan.

Karena mereka, orang-orang yang terlalu peduli, adalah orang-orang yang selalu berusaha untuk ada bagi orang lain, tapi tidak jarang apa yang mereka telah lakukan seakan tidak berharga, bagi orang-orang yang tidak peduli. Terkadang pula, kepedulian mereka disalahartikan oleh orang lain.

People always take them for granted.

People will less appreciated for all they have done.

Deep down, the one who cares too much are tired.
They don't know how to be the person who doesn’t text back, who doesn’t call back, who waits for the others to make the first move, and who could care less.

But they just can't........ stop.

I know.

Because I have been one of them.

Sometimes I curse myself for being the one who care too much, of anything, for anyone.
Plenty of times, I got hurt a lot.
Most of times, I feel so lonely. Perfectly lonely, and perfectly alone.

But after all those times, I couldn't stop caring. For any reason, it makes me feel more human.
Whether people care to me or not, whether I get what I give or not, whether my heart will broken many times, I wouldn't stop caring.
As I gone through, I learned that my heart will always find its way to be whole again, no matter how many times it's crashed and burned.

And I feel pity for those who care less.

Karena mungkin, mereka adalah orang-orang yang terpenjara. Membangun benteng untuk melindungi diri mereka, hati mereka. Because the fear of being hurt.
The one who cares less, who apparently doesn’t care at all, they convince theirselves that they're fine even when they're not.

Pengetahuan bisa diajarkan, jabatan dan tahta bisa diraih, rupa bisa diperbaiki, harta bisa dibagi.... tapi kepedulian dan empati, adalah kualitas hati. itu tidak bisa dipalsukan.

So get out while you can and start giving. And if your heart breaks, let it break. Because in the end, it will be okay.

We will be okay. :)



Every little thing has its end, and with that ends, another things has begin.

well then, Happy New Year!!!! :D

Another 365 days have passed. Waaaah... pasti hampirs emua orang akan bilang, "cepet banget yah udah pergantian tahun lagi?"

Yes... What we've been done? what we've gone through?

Jadi, pada hari pertama di tahun yang baru ini saya menghabiskan waktu untuk me-recall what have I done in my life last year.

Each of us surely got different lives, but one thing that makes we're all the same is... we're growing older. we, technically spend every second growing older. And by any means, we constantly changing. Nggak ada yang sama, either diri kita, lingkungan, kebutuhan, keinginan, mimpi, cita-cita, masalah, dan hidup itu sendiri.

Million things happened, plenty of them teach me precious lessons. Because change, breakdowns, disappointments, are inescapable but also indispensable. Saya sering ngerasa gini, kok ada aja ya masalah yang dateng? Kok gini lagi, gini lagi ya? But then I realized, Whenever we are unable to solve a problem that comes in our lives and take the lessons we should learn out of it, the problem will keep coming back. Not to mention, when it comes back, the “size” would be much bigger than before. The problem will keep coming back because it forces us to learn the lessons it brings. And that way, taught me a lot. :)

Saya belajar banyak, saya belajar lagi, dan saya masih harus belajar.

Million other things give me bunch of happiness. Saya belajar untuk bersyukur atas apa yang Tuhan kasih buat saya. Saya dikasih umur sampai sekarang, masih punya kedua orang tua yang Alhamdulillah sehat, adik yang masih bisa saya lihat tumbuh dan berkembang, masih bisa makan dengan cukup, hidup dengan nyaman, dengan semua nikmat yang Tuhan nggak henti-hentinya kasih. And what can I ask for more? Belum lagi saya dikelilingi orang-orang yang sangat baik dan hebat. I'm blessed for surrounded with nice people who are smart, driven and likeminded. Having friends who I'm proud to know, people I admire, who love and respect me, people who make my day a little brighter simply by being in it. That's so much bring the positive energy for my life. :D

Itu semua memotivasi saya untuk bisa menjadi lebih baik lagi, berbuat lebih banyak, dan nggak pernah lupa untuk selalu bersyukur.

Whether it's good or bad, happiness or sad, ups or down, I trully am grateful to Allah for giving me a precious life, until now. :) 

So, thank you so much 2013! Farewell!!!! :D

And now....

A new chapter of a new book.

2014.

Page 1: started.

What am I going to do? What would I do for living? What are my hopes, and dreams? What is my goal?

I am going to be much better version of myself, I want to always do good deeds for others, I want to spread love, I want to bring smile and happiness. Saya pengen bisa bermanfaat, untuk diri saya dan orang-orang disekitar saya. Saya pengen lebih deket sama Tuhan. I want to make all the best thing out of me.

For I just have one life, so I'm gonna live it to the fullest.

Saya punya banyak keinginan, harapan, dan cita-cita yang pengen saya capai. Dan akan banyak pula mimpi-mimpi baru yang terus bermunculan nantinya. One certain thing is, goal saya satu, jannah di akhirat nantinya. And in order to pursue it, my dreams would be the stairways.

Saya nggak mau mengkhawatirkan apapun lagi, karena saya tau Allah udah menggariskan semuanya di Lauhul Mahfuz. Jodoh, rezeki, maut, saya hanya harus berusaha menjemputnya. Dan untuk menjemput itu, bukan berarti saya tinggal berleha-leha aja, nggak. Saya harus mulai mempersiapkan diri, untuk masa depan saya. Belajar, kuliah, lulus, kerja, membahagiakan orang tua dan keluarga, hidup mandiri... Loads of work hard I have to do. :)

AAAAAAKKK Bismillahirrahmanirrahim! :D

Satu hal yang saya bener-bener belajar:

There's plenty of times in our lives when we feel that life is too hard, too difficult, for us to go through it. The times where it seems like no one is there for us. The times where we lose all the hopes and the dreams. But as soon as we make peace with ourselves, and with what happen, we will be much, much happier. The power of being ikhlas, and accepting things as they happen. With whole-hearted faith to Allah's plan, which we call fate, it's all worth the wait. :))

Satu buku udah selesai kita tulis, satu lagi buku yang udah siap buat kita tulis. Apapun yang mewarnai buku-buku itu, akan selalu menjadi sesuatu yang berharga, tersimpan rapi di dalam memori.

Last, once again, I wish you have a very happy new year! :D

love,



Sudah berulang-tahun ke 20.
Sudah memasuki gerbang baru bernama kedewasaan.

Banyak hal yang telah terlewati, lebih banyak hal yang akan terjadi.

Dan untuk menuliskannya disini, saya rasa saya belum mampu.
Akan ada banyak getaran emosi yang terlampiaskan, tapi saya tak ingin.
Biar ini diikubur dahulu dalam hati, semoga menjadi awal dari keikhlasan diri.

Menjadi dewasa ternyata melelahkan.

Tell me, apa yang pertama kali tercetus di otak lo ketika ngelihat gambar di atas?

Kalo gue: BLUR

Nah, kira-kira kayak gitu yang lagi gue alamin sekarang, di dua minggu pertama ngejalanin jadi mahasiswa tingkat akhir. Hehehehe.

Nggak nyangka, dan nggak terasa udah lebih dari 3 tahun kuliah, and THE END IS NEAR! Percaya nggaaaaaaaaak? Gue sih enggak. :/
Makanya, rasanya absurd banget! Masih ngawang-ngawang kayak, "gila! Ini habis ini gue mesti ngapain?" pertanyaan itu terus aja muter di otak. Eh, jangankan habis ini deh, sekarang yang harus dilakuin pun masih ngambang.

Emang ya, waktu itu terus jalan, dan kita makhluk hidup terus berubah, menyesuaikan sama apa yang kita jalanin sekarang. Nggak ada yang stagnan, bahkan awan aja setiap saat bergerak, detik jam berubah, pohon tumbuh besar, dan kita? Berkembang.

Semakin kesini, gue ngerasain banyak banget perubahan yang terjadi. Dalam diri, pun lingkungan sekitar. When the value changes, everything will change as well. Ada yang dimulai, ada yang berakhir. Ada yang dateng, ada juga yang hilang. Ternyata, memang nggak ada yang namanya everlasting.

Gue sih sebenernya nggak tau lagi nulis apaan ini hahahaha (udah biasa :p)

Ternyata kita bener-bener tumbuh dewasa ya. Prioritas, rutinitas, keinginan, bahkan tujuan ikut berubah seiring kita terus hidup. Kalau diumpamakan, kayak gini nih......

Dulu, kumpul-kumpul dibawah pohon sambil makan nasi telor dan ketawan bareng temen-temen kayaknya udah jadi rutinitas yang biasa. Tapi sekarang, saat gue kembali duduk dibawah pohon itu, gue cuma bisa mengingat kembali momen-momen tersebut, karena nggak ada lagi tawa yang gue denger, nggak ada lagi muka-muka aneh yang biasa gue tatap, dan sekarang gue makan nasi telor sendirian.  Dulu, ngerjain laporan  gue anggap yaudahlah, tinggal googling, copy, paste, beres. Sekarang, gue ditemenin sama bertumpuk-tumpuk buku dan referensi-referensi. Dulu, gue suka ngelihat cowok yang keren, gaya nya asik, dan famous. Sekarang, gue mencari laki-laki yang bisa menjadi imam yang baik buat gue, dan keluarga yang akan kami bina nantinya. Hahahahahaha. :p

What I wanna say is, semakin kita dewasa, ternyata banyak hal yang berubah ya. Mungkin bukan "the things" nya yang berubah, tapi cara kita melihat, memahami, dan menjalaninya. Pohonnya masih sama, masih berada ditempat yang sama, tapi orang-orang yang duduk dibawahnya yang berubah. Tugas dan laporan masih tetap ada, tapi cara ngerjainnya yang berubah. Dan laki-laki tipe keren-asik-famous dengan laki-laki sholeh masih "seliweran" setiap hari, tapi sekarang pilihan kita yang berubah.

Gue rasa, cuma ada satu hal, satu orang yang akan terus ikut kemanapun kita berjalan, yaitu diri kita sendiri. 

Temen-temen kita yang tadinya selalu bareng-bareng, sekarang punya kegiatannya sendiri. Kelas yang tadinya selalu kita datengin, sekarang udah terisi sama orang lain. Lalu, sekarang kita harus apa, kemana, dan sama siapa?

Apa nggak bisa kayak gini terus aja?

Pasti dalam hati, kita sering menginginkan hal itu. Yes, we will try to go back to words, pictures, conversations, memories.... to relive what happened. To fall again for its beauty. To live in that moment. Gue sering banget gitu, makanya anaknya susah move on hahahahaha :p Nggak deng, canda. Ehem lanjut.

But we can't, and we shouldn't. Because the past is passed.

Itu semua udah pernah kita alami, dan kita lewatin. Sometimes we just have to stop for a moment and look around, then simply appreciate all the things we have in life, as they were happened, and for they are happening.

Lalu, kita harus terus jalan. Kemana? Ke jalan yang masih blur itu. Sambil ngebuka mata pelan-pelan dan semakin lebar, and we will see our future awaits for us, clearly. Sama siapa? Genggam aja diri kita erat-erat! Loh, sendirian? Iya dong. Everybody will take their own path in the end. But worry not, ada saatnya kita bertemu lagi. Banyak jalan menuju Roma kan? Pun kita akan menemukan orang-orang baru lagi yang akan nemenin kita diperjalanan. In Shaa Allah, kita semua akan berjalan ke kehidupan yang semakin baik. Aamiin!

Sedih nggak? Kalau gue sih iya hehe :p
Ini sebenernya edisi kangen temen-temen, rutinitas, dan kehidupan yang dulu. Tapi semakin gue berteman dengan kesendirian, ternyata justru semakin banyak yang bisa gue pelajarin. It's all the matter of what point of view. The power of "oooh ternyata gini, oooh ternyata gitu". :))

Last,




The end is near. Just by a blink, everything will change. Fast, faster, and gone.......

There'll be an answer, with every struggle we've made. The answer for our future.......

Then there'll be new beginning, with new atmosphere.  New surroundings, new knowledges, and challanges ahead waiting to see us.......

There's still a long long long way to go. Just keep on believing, and never ever stop reaching dreams.

WISH THIS TINGKAT AKHIR WILL BE A BLAST! Aameen :)))







Newer Posts
Older Posts

Hello, It's Rima!

Hello, It's Rima!
A free-spirited hippy type that often get soaked from dive so deep into her complex thoughts and a lot of big feelings.

Labels

asi vs sufor engagement korean drama life menujurrumah parenthood Rania review film rima's k-drama recap

Blog Archive

  • ▼  2023 (1)
    • ▼  Januari (1)
      • Three years later....
  • ►  2020 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (5)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2015 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2014 (40)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (31)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)

Find something

Most Popular

  • Apa Cita-Citamu?
  • Everybody's Changing
  • Lumos
  • Do Something, Make Something
  • We Can't Wait Forever
  • Nozomi, A Hope
  • "Kalau nggak enak, kasih kucing aja"

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates