"Kalau nggak enak, kasih kucing aja"

by - April 25, 2016

Saya penasaran, gimana caranya ngasih "nggak enak" ke kucing. Karena saya adalah orang yang "nggak enakan" banget. Banget, banget, banget.

Dan saya nggak bangga dengan hal itu. Malah bagi saya, ini adalah sebuah....... apa ya, saya nggak tau apa ini termasuk kelemahan, kesalahan, atau bisa jadi kebodohan. Iya, kebodohan yang dilakukan secara sadar, oleh saya sendiri.

Rasa nggak enakan saya terhadap banyak hal, dan siapa aja ini udah masuk dalam tahap yang mengkhawatirkan. Dan nggak jarang, justru seringnya, ngerugiin saya sendiri. Sebelumnya mari kita bedakan, antara orang yang baik dengan orang yang lemah, nggak punya prinsip, dan nggak bisa menentukan prioritas. Saya, menurut saya, adalah orang yang terakhir itu.


Dan rasa nggak enakan sama orang lain ini banyak banget contohnya.

Nggak enak buat nolak ajakan atau permintaan orang. Semua saya iya-in, semua saya ayo-in. Nanti, begitu udah dekat-dekat tanggalnya (untuk kasus diajak pergi), saya baru kelabakan begitu sadar ternyata ada beberapa agenda di waktu yang bersamaan, Atau, nanti, sesudahnya, saya baru kelabakan sendiri ngerjain hal-hal yang seharusnya saya kerjain, tapi saya tinggalin demi meng-iya-kan dan meng-ayo-kan ajakan atau permintaan tadi.

Lagi makan-makan, trus teman saya mau bayarin, saya ngerasa nggak enak dan maksa saya aja yang bayar, atau seenggaknya biar aja saya bayar makanan saya sendiri. Ini sering banget kejadian sampai bikin drama di restoran atau di depan kasirnya.

Ada teman yang saya tau hari itu ulang tahun, saya nggak enak kalau nggak ngasih apa-apa (padahal bukan teman dekat juga). Trus saya selalu keliling ngajakin anak-anak yang lain buat ngasih sesuatu ke dia bahkan ngadain surprise (yang jarang banget ditanggepin dengan se-antusias saya oleh yang lain).

Lagi jalan sama orang, terus ternyata macet atau hujan, saya jadi nggak enak ke dia/mereka. Padahal saya tau, bukan salah saya atau gara-gara saya juga itu jalanan macet atau tiba-tiba turun hujan. Tapi saya tetep minta maaf karena nggak enak.

Naik taksi minta dianter ke tempat yang saya juga belum pernah datangi, trus sempat harus muter-muter karena nyari alamatnya, saya berkali-kali minta maaf ke supirnya yang ngedumel. (Dan gara-gara ini pernah saya dimarahin teman yang bilang, "Ngapain sih lo minta maaf! Kita kan bayar!")

Diboncengin abang ojek dari rumah ke kantor (atau sebaliknya). Saya selalu nggak enakan dan sering banget minta maaf ke abangnya. "Maaf ya bang lama banget.", "Maaf ya bang jauh banget". Bahkan kayaknya percakapan kayak gini selalu kejadian deh, setiap naik ojek.

Bikin orang lain nunggu. Saya orangnya nggak sabaran dan nggak suka nunggu, tapi jauh lebih nggak suka kalau telat dan bikin orang lain nunggu. Sepanjang jalan, saya nggak bakalan tenang karena ngerasa nggak enak banget, dan sering sampe sakit perut kram dan maag kambuh gara-gara stres ini. Serius.

Dianterin atau dijemput teman, pacar, siapapun yang saya kenal. Serba salah. UUUH rasanya nggak enak banget. Butuh tapi ngerepotin, ngerepotin tapi butuh. Dilema.

Dll, dll. dll.


Dan sering banget gara-gara rasa nggak enak saya, pada akhirnya saya justru ngerasa kecewa, susah, bahkan sedih sendiri. Karena ternyata orang lain nggak se-peduli itu. Sama saya. Misalnya....

Nungguin orang, trus setelah ditungguin, malah ninggalin duluan. Ini sering terjadi.
Contoh:
"Tugas lo belum selesai? Yaudah gue tungguin, ngumpulinnya besok aja bareng-bareng."
Trus besoknya,
"Gue udah ngumpulin nih, lo juga gih."
.......

Pengen banget sama suatu hal, tapi ada yang pengen juga, akhirnya ngalah. Ini juga sering.
Contoh:
"Tiketnya cuma satu. Gimana nih?"
"Henggg yaudah buat lo aja." (dalam hati berharap ada rasa kesetia kawanan)
"Oh yaudah,"
........

Ituuuuuu, sering banget terjadi. Dan saya pada akhirnya cuma bisa bergerumul sendirian aja dalam hati. Lebih sering lagi saya ngelakuin sesuatu buat orang lain, tapi nggak ada apresiasi apalagi dihargai. Dan nggak kalah seringnya, they take me for granted. Kadang, saya beneran nggak suka, sebel, kesel, sedih, tersinggung, bahkan marah loh. Tapi nggak pernah dianggap serius sama orang. Iya, diajak bercanda dikit emang udah ketawa-ketawa lagi sih, tapi kan nggak berarti tadi marahnya nggak beneran.

Capek. Capek banget, tapi nggak tau gimana caranya buat nggak gitu lagi.


Kayaknya udah 1001 kali saya janji ke diri sendiri, setelah kecewa dan sedih-sedih itu, kalau besok-besok pokoknya saya nggak mau mikirin orang lain! Nggak usah pakai nggak enak-nggak enak. Yang penting saya dulu. Pokoknya prioritasin diri sendiri! Orang lain tuh nggak bakal peduli sama kita, melebihi dirinya sendiri. TITIK.

Tapi...

Tapi...

Tapi....

Ya ujung-ujungnya keulang lagi.

Sebel.


Dan tau nggak apa yang saya pelajari? Udah semakin jarang orang yang bisa menghargai orang lain. Bahkan sesimpel mengucapkan kata "tolong", "maaf", dan "terima kasih" aja langka loh! Beneran. Saya jadi makin sedih. Padahal kan, dengan kata-kata sederhana itu aja, maknanya besar banget buat orang yang menerima.

Saya selalu, berulang kali ngucapin mantra ini: If you do something that you believe it's a good thing, just do it passionately. But don't ever expect others to do, or act, the same as you do. Because their hearts, simply different than yours. So get out while you can and start giving. And if your heart breaks, let it break. Because in the end, it will be okay.

Tapi emang, jadi orang yang ikhlas itu susah sekali.


PS: Kucing saya nggak mau tuh, dikasih makanan yang nggak enak. Boro-boro yang nggak enak, makanan sisa dirinya sendiri aja nolak, maunya yang baru, yang masih fresh, yang lebih enak. Jadi, yang nggak enak ini mestinya dikasih ke siapa dong?

You May Also Like

0 comments