Apa Cita-Citamu?

by - Oktober 23, 2014


Sebenernya saya belum mau nulis tentang ini (baca: masa depan, kerjaan, tujuan hidup, dll dkk nya) sebelum hidup saya udah ketauan mau dibawa kemana. *lalu nyanyi bareng Armada*
Tapi sungguh cerita ini sangat menggelitik dan menggoda untuk ditulis. (Padahal gak penting. Biarlah, biar saya seneng)

Sebenernya saya nggak mau nulis kata ganti orang pertama yaitu saya memakai prosa saya (((saya-caption))), soalnya asa terlalu serius-serius gitu, enakan guweh eloh yaa.
Tapi demi mengubah imej blog ini menjadi bukan-blog-galau melainkan blog penuh manfaat dan demi terbentuknya citra saya sebagai wanita yang dewasa serta bijaksana, baiklah persoalan ini kita sudahi saja.

*****

Hari ini saya menghadiri interview (untuk ke-1000 kalinya. Maksudnya 20 dikali 50, biar keliatan banyak ajah) sebuah perusahaan besar di daerah Thamrin. Ekspektasi saya, pertanyaan interviewnya akan sama kayak biasanya. Cerita tentang diri pribadi, pengalaman organisasi, kenapa memilih perusahaan ini, dan sedikit pertanyaan-pertanyaan tentang bidang yang akan dilamar. Oke, jawaban saya udah hafal diluar kepala. Tapi tadi, bapak HRD yang menginterview saya memberikan pertanyaan yang agak lain dari biasanya.

Karena yang dipanggil interview cukup buanyaaakk (saya nomer urut 65), sistem wawancara dilakuin bukan sendiri-sendiri, tapi keroyokan. Bukan, bukan anak kampung sini (akamsi) lawan anak kampung seberang (akambrang. Iye jelek amat singkatannya hakhak), tapi satu orang HRD langsung mewawancarai 2 sampai 3 orang sekaligus.

Giliran saya, saya masuk bersama dua cewek lainnya. Setelah basa basi memperkenalkan diri, si Bapak HRD cuma memberikan 4 pertanyaan yang dijawab giliran oleh kami. Pertanyaan pertama, apa yang kamu lakuin kalau nanti kamu menikah, suami kamu nggak mengizinkan kamu untuk menjadi wanita karir?
Kedua, apa kamu tertarik menjadi PNS?
Ketiga, kenapa kamu tertarik bekerja di perusahaan ini?

Dan pertanyaan terakhir,
apa cita-cita atau tujuan hidup kamu?

Ketiga pertanyaan pertama saya jawab dengan sangaaaatttt normatif, klise, daaaan menjilat. :p hypocrite I knoooow, but guess everybody did it, aite?

Lalu sampai pada pertanyaan terakhir tersebut.
Cewek 1 menjawab: cita-cita saya yaitu bekerja sesuai dengan passion saya, dan passion saya adalah bidang *:!&!6!&!_.!&!( seperti di perusahaan ini.
Cewek 2 menjawab: saya ingin apa yang saya lakukan dapat memberikan manfaat bagi orang lain, mendidik orang lain, apalagi bekerja sesuai dengan syariat-syariat islam. (Bookkkk iyeee mentang-mentang perusahaan islam hakhak)

(Oh ya, mereka ngejelasinnya lebih panjang dari itu ya, ini saya tulis intinya aja. Kalau semuanya diceritain, namanya pelanggaran hak cipta. Saya belum punya uang untuk bayar royalti huhuw)

Oke.
Sambil mendengarkan jawaban-jawaban itu, saya juga udah nyiapin jawaban yang nggak kalah sok bijak-tapi emang bener- nya. Seperti biasa.
Gini nih,   
In a short term, I want to, quickly, get a job. As a fresh graduate, I really hope there’s a company will give me an opportunity to work, to be able to gain my skills and experiences. In a long term, I want to have a good, promising, and well established career. I want to be create something, contribute something, and become something imprortant in my company. I want to have a lot of experiences, visited many new places, and giving a good deeds to others.

Tapi tiba-tiba, saya pengen memberikan jawaban yang lain. Jawaban yang lebih nyata, jawaban yang lebih jelas.

Lalu dengan spontan saya jawab: "my goal is, saya ingin punya keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah, dan sejahtera dunia akhirat."

.................

Lalu semua mata tertuju padaku. Trus ada efek angin-angin dan temennya Jason (di film Inikah Rasanya itu looooh) dateng ngiler-ngiler. Gadeeeeengggg. But for a moment itu bener langsung hening, and literally, they (si Bapak HRD dan dua cewek itu) laugh at me.

Setelah (bener-bener) puas ketawa, si Bapak HRD nanya: "jadi kamu pengen jadi ibu rumah tangga? Emang kamu mau nikah umur berapa? Udah ada calonnya belum?"

So I explained this.....

Begini, Pak. Saya tidak munafik, saya yakin semua perempuan punya cita-cita yang sama seperti saya. And that's like the end destination of my long journey. Untuk sampai pada tujuan akhir itu, saya punya tempat-tempat yang harus saya singgahi, dan tangga-tangga yang harus saya lalui.
Sebelum berkeluarga, saya butuh menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban saya terlebih dahulu. Sebagai anak, saya harus membahagiakan kedua orang tua saya. Menggantikan mereka untuk mencari nafkah, karena saya anak tertua. Saya ingin membiayai kelanjutan sekolah adik saya. 
Dan sebelum berkeluarga, saya butuh mengumpulkan modal. Saya membutuhkan pekerjaan, saya butuh menabung untuk pernikahan, saya ingin punya kendaraan dan rumah sendiri.
Lalu setelah berkeluarga, saya ingin membantu suami saya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga saya nantinya.
Dan itu bisa saya capai dengan memiliki karir yang baik, stabil, dan menjanjikan.

Syedaaaappppp yah :'))

Tapi percaya deh, aslinya nggak sesedap itu. Setelah saya ngomong panjang lebar itu, itu beneran semua diutarain kayak diatas, trus tiba-tiba saya kayak sadar sendiri. "Anjrit ini gue abis kesirep apa gimane siiih. Busetttt ngapain gue ngomong begonooooo haaaahhhhh -_-"

Lalu saya menyesal.

The end of the interview. Si Bapak HRD sih ngangguk-ngangguk ketawa dan nyalamin saya pas di akhir, sementara saya udah malu bangeeeettt langsung buru-buru keluar ruangan. Lagian si Bapak nanyanya kan tujuan hidup, bukan tujuan pekerjaan atau tujuan karir. Ya kepancinglah gue curhat! Luluh lantaklaaaaahh interview gue kali iniiiihhh hakhakhakhak.

Tapi yang tadi itu jadi mengganjal di pikiran sampai saya nulis post ini.

Beberapa hari sebelumnya, saya sempat diskusi dengan seorang temen tentang hal ini. Tentang prioritas-prioritas dalam hidup. Waktu itu sih emang tema utamanya (lagi-lagi) soal kegalauan percintaan. Maklum, dokter cinta. Ehem. (Padahaaaaaaal..... hahahaahahaha)

Waktu itu temen saya bilang nggak mau mikirin cinta-cintaan karena banyak banget yang lebih penting yang harus dia pikirin. Pasti yang temen saya pengenin ini sama deh sama kita semua. Kayak gini contohnya:
-Ngebahagian orang tua
-Punya kerjaan tetap
-Berangkatin orang tua pergi haji
-Jadi direktur
-Punya rumah tingkat 5 dan pake lift biar ngalahin rumahnya Nagita Slavina
-Beli lamborghini 10 ajah
-Keliling dunia 7 kali
-Punya calon istri secantik dan secerdas Dian Satro atau punya calon suami kayak Junot
-dll dll dll
Sampai akhirnya...
Nikah.

Bener kan? Yakan? Yakaaaan?

Kebanyakan, atau sebagian, atau beberapa (karena saya belum nyewa lembaga survey yang akurat buat penelitian ini) ujung-ujungnya bermuara sama satu tujuan akhir.

Naaaaah jadi, mungkin saya pengen ubah pola pikirnya, bukan cinta itu kalah penting dengan hal-hal lainnya. Atau misalnya, aaah ntar ajadeh mikirin bahagiain orang tua mah, yang penting dapet kerjaan deh nih. Sebenernya, semua prioritas kita itu saling berhubungan dan berkelanjutan kok satu dengan yang lainnya, nggak bisa dipisah-pisahin dan disingkir-singkirin. Tapi ibarat level-level di Mario Bros yang harus kita selesaikan satu persatu dulu.

Misalnya, menurut kamu, prioritas paling utama kamu saat ini adalah punya pekerjaan. Naaah untuk punya pekerjaan, kan harus ada step-step yang kamu harus jalanin terlebih dahulu. Misalnya, bikin cv, ikut job fair, dll. 

Atau prioritas utama kamu adalah membahagiakan orang tua. Selain kamu harus punya kerjaan baik, beliin orang tua apa yang diimpikan, dll dll, ngasih menantu dan cucu juga termasuk membahagiakan orang tua loh *teteup* HAKHAK

Atau lagi. Pokoknya impian kamu yang paling paling paling kamu pengenin tuh punya istri yang sexy nya kayak Scarlett Johanson. Nah sebelumnya, kamu harus punya harta selangit, punya mansion di Hollywood, dan operasi plastik dulu.

Satu kutipan yang sangat saya suka dan sekarang jadi "alarm" buat saya:


Setuju nggaaaak? Aku sih yes ya :3 Untuk mencapai apa yang kita inginkan, kita harus punya target dan rencana yang jelas. Yang harus kita runut dari apa yang kita dapat lakukan dalam waktu yang paling dekat, lalu step-step selanjutnya, untuk pada akhirnya kita sampai pada tujuan utama. A big picture of our life's purpose.

Cita-cita itu layaknya nenek moyang dalam family tree, letaknya di paling atas. Naaah dibawahnya ada cabang-cabang yang dihasilkan dari sebagai runutan langkah untuk sampai ke si cita-cita. Bingung nggak? Hahahaha gini nih misalnya mindmapingnya.

JANGAN PROTES! INI BIKINNYA DI HAPE. SUSAH TAUUUKKK JARINYA KEGEDEAN :(

Nah si kaki-kaki itu nanti punya anak-anak lagi. Misalnya buat jadi wanita muslimah harus nggak boleh bolong sholat, sering ikut pengajian, atau rajin beli bukunya Ust. Felix Siauw :p

Tentu, human writes their own story, but only God capable to agree with it.

Tapi bukan berarti kita cuma bisa memasrahkan segalanya sama Tuhan. Kita tetep harus punya goal dalam hidup, tujuan kita mau apa dan kemana. Naaah untuk menuju kesana, ada banyaaaaaakkk persimpangan-persimpangan jalan yang kita temui, rute-rute alternatif yang akhirnya kita pilih, dan oleh-oleh baru yang bisa kita bawa. 

Jadi bener banget nasehat waktu kita kecil dulu: gantungkanlah cita-citamu setinggi langit

Iya! Cita-cita memang harus tinggi! Dan yang perlu kita lakukan adalah membuat anak-anak tangga untuk mencapainya. Tangganya, bisa dari kayu, marmer, bentuknya melingkar, lurus, atau muter-muter kayak jembatan penyebrangan busway di Grogol.

Jadi, apa cita-citamu? :D



You May Also Like

6 comments

  1. kak, bikin buku dong, tulisannya bagus banget dan menginspirasi. banyak yang masuk sama pikiranku, lanjutin kak :D

    BalasHapus
  2. Wah keren, aku suka banget bacanya awalnya aku lagi cari salah satu kata kunci jawaban interview awal baca b aja , eh semakin kebawah aku sampe make intonasi like story telling depan temen aku dan darrrrr penug expresi wkkk makasi banyak kaka tulisannya sungguh menginspirasi

    BalasHapus
  3. Waaah hebat ini kakak menceritain pengalamannya support dah :*

    BalasHapus
  4. 🤣🤣🤣 lucu tpi juga dapat gambarannya untuk kita" ini.

    BalasHapus
  5. kak terus gimana interviewnya? apakah masuk tahap selanjutnya? wkwk penasaran bgt

    BalasHapus