twitter instagram linkedin
  • HOME


"Kerjaan lo kok enak banget sih?", saya cuma bisa bilang aamiin dan alhamdulillah setiap denger kata-kata itu, sekaligus sangat bersyukur. Tapi nggak sedikit juga yang heran, menentang, sampai meremehkan apa yang saya kerjakan. Termasuk seorang "temen" lama ini.

Kemarin, seorang temen tersebut ngehubungin saya dan menyuruh untuk apply-apply ke beberapa perusahaan besar yang lagi buka lowongan kerja. Lalu saya nanya dong, "Loh kan saya udah kerja? Kenapa harus daftar?", dan dia bilang begini, "Kamu dari dulu nggak maju-maju, selalu diem di tempat aja. Kalopun maju, ya paling cuma selangkah-selangkah."

Enggak, saya nggak sakit hati dibilang gitu, cuma kesel aja. Hahaha enggak deng. Tapi dari beberapa tanggapan orang lain tentang apa yang kita lakukan tersebut, kita bisa tau, akan selalu ada orang yang setuju dan tidak setuju, akan selalu ada orang yang senang dan tidak senang, juga akan selalu ada orang yang menghargai dan meremehkan kita.

Tapi yang paling penting, setiap orang BERHAK untuk mendefinisikan kesuksesan dan kebahagiaan mereka masing-masing. Inilah kenapa saya sering banget berkoar-koar tentang passion.



Ngelihat temen-temen saya yang udah sukses berkarir di perusahaan-perusahaan besar, punya gaji yang lebih dari cukup, masa depan yang *kayaknya* terjamin, pasti bikin kita mupeng. Tapi yang paling bikin saya iri adalah, ngelihat orang-orang yang tau, dan yakin dengan apa yang mereka kerjain.

Itu yang mahal.

Yang lebih mahal lagi adalah orang-orang yang menikmati apa yang mereka kerjain. Klise banget nggak sih? Tapi seorang temen saya, yang kerja di perusahaan gede di bilangan Sudirman, yg tiap hari pulang malem, bilang gini kira-kira, "capek banget setiap hari gini, kita tuh udah kayak robot."

Kalau sukses dan bahagia cuma diukur dengan penggaris "uang", menurut saya kok rasanya sempit banget. Siapa sih yang nggak butuh uang? Saya nggak bilang uang itu nggak penting ya. Kita ya nggak bisa hiduplaaah kalau nggak ada uang. Yang bilang uang bukan hal yang penting kayaknya cuma orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya, orang-orang yang sudah merasa cukup.

Cukup. Itu kata kuncinya. Nah, sampai sejauh mana kita merasa cukup, setiap orang mengukurnya dengan berbeda-beda.

Waktu diskusi sama Kang Donny, yang udah berpuluh-puluh tahun di Chevron, kebanyakan orang cuma pengen sukses, tapi sebenernya belum tau, sukses yang kita pengenin itu yang kayak gimana. "Gue pengen ngebahagiain diri gue sendiri, orang tua gue." Nah, ngebahagiainnya itu ukurannya gimana? Apa ngeberangkatin orang tua pergi haji? Atau punya mobil 12? Atau cukup dengan makan 3× sehari terjamin, tidak ada tanggungan apa-apa? Jadi mulai sekarang, buat kita semua yang pengen sukses, kita harus mulai mikir dan ngerasain, sukses kayak gimana yang pengen kita capai. Selengkapnya formula-formula sukses Kang Donny ada disini.

Kaitannya sukses, uang, dan memilih pekerjaan dengan passion adalah gini, kalau kita bisa bekerja sesuai passion kita, dan menghasilkan uang, yang akan membawa kita mencapai kesuksesan yang kita mau, kenapa enggak dijalanin kan?


Nggak ada pekerjaan yang gampang. Apapun yang kita lakuin, apalagi di usia duapuluhan ini, pasti penuh dengan kegalauan, kebimbangan, keputusasaan, dan keinginan untuk nikah aja :")) hahahaha. Jadi saya mencoba meminimalisir kegundah gulanaan itu dengan tidak memaksakan diri untuk melakukan apa yang sebenernya bukan saya banget.



Mungkin apa yang temen saya bilang emang bener, dibanding dia yang udah lari kenceng ke jalan suksesnya dia, saya masih jalan selangkah-selangkah. Mungkin dia si kelinci, dan saya si kura-kura. Tapi ini bukan perlombaan siapa yang paling cepat mencapai garis finish. Ini tentang menjalani, dan menikmati hidup.

Siapa tau, saya, dan kamu semua yang merasa seperti kura-kura, dengan jalan kita yang selangkah-selangkah itu, kita bisa lebih banyak melihat sekitar, lebih banyak bertemu orang-orang, lebih banyak pergi ke tempat-tempat menyenangkan, dibandingkan para kelinci yang terlalu fokus untuk berlari dengan cepat sampai semua yang ada disekelilingnya menjadi buram dan tidak terlihat. Tapi si kelinci juga bukan berarti salah, siapa tau dengan ia berlari cepat, nanti ia akan lebih cepat juga sampai di sebuah tempat yang menyenangkan.

Bahagia dan suksesnya saya, dengan bahagia dan suksesnya kamu semua, pasti beda-beda.

Sekali lagi, tidak ada salah dan benar tentang sukses dan bahagia. Hak setiap diri kita untuk menentukan dan merunutkan langkah-langkah dan rute-rute yang akan kita tempuh. Yang salah adalah jika kita cuma bisa bermimpi. Mimpi dibuat bukan hanya untuk diimpikan, tapi untuk diwujudkan.

Jangan terjebak dengan sebuah "profesi". "Profesi hanyalah peran, dan peran bisa berubah sesuai dengan kebutuhan. Yang esensial adalah, bagaimana kita bisa menghasilkan karya, kita bisa berkinerja dalam pekerjaan kita. Itulah yang dinamakan dengan karir." -ReneCC.

Jadi kalau saya ditanya sekarang, "kok kerjaan lo enak banget sih?" Atau, "kok lo malah kerja gituan sih?", mungkin buat saya ini kayak lagi traveling dan singgah. Untuk sampai di tujuan saya, saya memutuskan untuk singgah di banyak tempat. Persinggahan saya yang pertama, adalah menjadi reporter, atau saya lebih suka disebut content writer ajah :") enak atau tidak enaknya, sebenernya itu adalah pilihan tentang bagaimana kita mau memperlihatkannya. Baaaanyak banget privilage dan pengalaman keren yang saya dapet, tapi juga nggak sedikit unek-uneknya hahaha :")

Tapi apakah saya akan terus jadi reporter? Mungkin iya, mungkin juga enggak. 


Siapa yang bisa tau akan jadi apa kita dalam kurun waktu 1, 5, atau 10 tahun mendatang kan? ;D

"You only have one life to live, so love what you do." -The Script




Ps: terima kasih inspirasinya, saya jadi bisa nulis ini hahahaha :p




Intro dulu.
Assalamualaikum! *bersihin debu-debu di blog*
UDAH EMPAT BULAN NGGAK APDET BLOG!!! Saya merasa sangat gagal :''''(( :'''))
During those 4 months of my absence, there's a loooooot of things going on. And...
Life changes.


Untuk keep up apa aja yang udah terjadi selama empat bulan ke belakang, rasanya saya bisa nulis trilogi novel super tebel tapi nggak erotis kayak Fifty Shades of Grey, dan nggak akan ada yang mau baca, dan males juga nulisnya.  But for my own sake, karena saya udah komit sama diri sendiri untuk (setidaknya berusaha) selalu menulis semacam jurnal perjalanan semasa hidup, I will try to recap 4 bulan kemarin dalam satu garis besar, yaitu ketika hidup berubah.



***

"Life Changes" chapter 1: After graduated, what's next?

Lulus kuliah dari bulan Juni 2014, nganggur nungguin wisuda bulan September 2014, dan masih belum dapet kerjaan sampai bulan November 2014, bikin otak dan hidup saya bener-bener kerasa hampa. There were hard times, a lot. "Udah lulus kuliah ya? Kerja dimana sekarang?" pertanyaan-pertanyaan dari temen, saudara, tante, om, dan bahkan orang-orang yang baru dikenal jadi salah satu tekanan yang emang nyata ya ternyata! Hahahaha :") Selain pertanyaan-pertanyaan dari orang lain yang nggak ada habisnya, pertanyaan-pertanyaan lain juga dateng dari dalam diri saya, ketika temen-temen satu persatu bekerja, ketika saya gagal di satu per satu tes yang saya ikutin. Sampai satu ketika saya nanya sama diri saya sendiri, sebenernya gue mau ngapain ini?

In million times I said, and in million times other people said: Rima itu salah jurusan.
Clearly. Saya emang nggak ada potongan anak teknik sedikitpun. Tapi saya nggak pernah mikirin itu terlalu serius sampai pada akhirnya lulus kuliah. Oke gue udah lulus nih, udah jadi sarjana teknik. Lalu selanjutnya apa? Apply ke perusahaan-perusahaan konstruksi, pasti. Nyoba program MT di bank-bank, udah juga. Ikutan temen-temen ngelamar apapun asal nggak ketinggalan, iya juga. Tanpa sebenernya saya pernah mikir mau jadi apa. Yang penting pada saat itu: dapet kerja.


***

"Life Changes" chapter 2: Maybe I should try something different.

Sampai akhirnya, penolakan dan kegagalan berkali-kali bikin saya pengen nyerah aja. Tapi disatu sisi, saya juga nggak mungkin nyerah nyari kerjaan. Lalu waktu itu saya curhat ke seorang temen, and he said one statement I never thought before, "Kenapa harus maksain kerja di bidang teknik? Kenapa nggak coba cari kerja yang lo suka?" Tanggapan saya waktu itu cuma ketawa garing, dan bilang, "Ah lo mah nggak ngebantu!". Tapi sehabis itu, berhari-hari setelahnya saya jadi makin kepikiran, iya ya, apa gue harus jadi insinyur?

Dan munculah sebuah pikiran itu, maybe I should try something different. Tapi saya bukan orang yang beruntung dilahirin punya bakat nyanyi, punya badan cakep bak model, atau apapun lainnya yang bisa dijadiin ladang karir. Saya akhirnya nanya lagi ke orang yang sama, "Trus gue mesti ngapain dong?" dan dia ngejawab dengan sangat simpel, "nulis." dengan lanjutan "daripada lo nyampah doang di blog."

Nggak pernah kepikiran sama sekali buat saya bahwa "menulis" adalah ability yang bisa saya jual. Selama ini saya nulis di blog emang cuma nyampah, atau mungkin saya harus ubah, bukan nyampah, tapi membuang sampah. Pada tempatnya. Karena waktu itu depresi banget nggak tau mau ngapain, mulai lah saya browsing-browsing lowongan *apapun* yang basicnya adalah menulis. Reporter, copy writer, content writer, dan segala macamnya, saya mulai pelajari tentang profesi-profesi itu.

Lalu nggaaak lama setelah saya kirim lamaran ke beberapa tempat, saya dapet panggilan buat jadi copy writer di salah satu agency, tapi akhirnya saya tolak karena beberapa hal. Belum sempet hopeless, ada sebuah perusahaan media online dan cetak yang ngehubungin. Setelah beberapa kali tes, ngobrol-ngobrol, dan observasi, saya akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dunia jurnalistik, dengan titel baru: reporter.


***

"Life Changes" chapter 3: Anak teknik masuk ke dunia jurnalistik

Mungkin saya lebih suka menyebut kerjaan saya sekarang sebagai creative writer/content writer, karena basicnya memang tugas saya adalah menulis. Reporter kesannya beraaaaat dan hebat banget, saya ngebayanginnya langsung Najwa Shihab hahaha. Dari dunia teknik lalu nyemplung ke jurnalistik, itu rasanya aneh banget! But in a good way.

Saya bersyukur banget Tuhan ngasih saya jalan kesini, dengan cara-cara yang nggak diduga. Bayangin aja kan, ibaratnya saya lagi diperjalanan mau ke Bali naik bis, eh bisnya mogok nggak nyampe-nyampe, akhirnya saya disuruh pindah bis, tapi nyampe nya ke Lombok. Dua destinasi itu beda banget, tapi sama-sama indah.

Nulis, selama ini cuma jadi "kebutuhan" buat saya, saat saya ngerasa udah "penuh" dan harus membuang cerita ke dalam sebuah tulisan. Sekarang, nulis mungkin juga jadi "keharusan" buat saya, tapi bukan cuma buat diri saya sendiri, melainkan juga buat orang lain. Gimana saya harus menulis sesuatu untuk orang banyak, setiap harinya, dan bukan cuma to give the news and information, or fact, but to give an impact too buat orang yang baca. Itu cita-cita saya, yang sampai saat ini masih saya coba wujudkan.

Namanya juga anak teknik yang nggak punya basic broadcast atau jurnalistik atau komunikasi sama sekali, saya banyaaaaak banget belajar. Paling utama, pasti harus jadi orang yang tau lebih awal mengenai berita-berita apapun yang mau di inform. Mau nggak mau, saya harus "tertarik" dengan seluk beluk pendidikan, ekonomi, politik, olahraga, fashion, lifestyle, sampai berita-berita nggak penting kayak Haji Lulung dan USB atau UPSnya itu. Lalu saya juga belajar cara menulis yang baik, (kayak belajar bahasa Indonesia lagi, EYD lagi, struktur kalimat lagi), belajar menggali informasi dari orang lain, ketemu orang-orang hebat yang saya wawancara, meliput banyak momen, itu semua jadi ilmu-ilmu baru yang masih harus saya gali dengan daleeeem banget.

To be given this opportunity to arrive in this new world, I can't Thank God enough. Baik buruknya, plus minusnya, semua kerjaan pasti punya hal itu. But the best way to enjoy it, ya dengan dibawa enjoy. Apalagi kalau bisa jalan-jalan gratis, makan gratis, dapet barang-barang gratis, dan semua gratis-gratisan lainnya. Setuju, gaesssss? Hahahaha :p


***

"Life Changes" chapter 4: Trus planning ke depan gimana?

Hah jadi apa? Reporter? Setelah dapet kerjaan, pertanyaan-pertanyaan kepo dari orang emang nggak ada berhentinya. Trus itu karir ke depannya gimana? Trus sarjana tekniknya buat apa? Dan berjuta-juta pertanyaan lainnya, yang juga sudah pernah saya tanyain ke diri saya sendiri. Saya termasuk orang yang percaya bahwa walaupun kita udah punya garis takdir dari Tuhan, kita tetep harus punya rencana mau seperti apa takdir yang kita buat. Ibaratnya,
kita bikin proposal, Tuhan yang ngasih approval.

Jadi insinyur di satu sisi emang menjanjikan banget, baik salary dan karirnya. Tapi saya ngebayangin, akan duduk setiap hari, ngerjain sesuatu yang bahkan saya nggak bisa untuk ngerti, akan jadi apa saya nantinya?

Dari saya banyak ngobrol dengan orang-orang yang udah sukses di bidangnya masing-masing, saya sampai ke satu kesimpulan bahwa, I would rather do what I wanna do. Kenapa passion menjadi penting untuk saya, karena itu adalah anak panah saya yang siap saya lepaskan, kemanapun saya akan menargetkannya.

Saya akan banyak ngebahas tentang passion di post-post berikutnya (kalau nggak males HAHAHA), tapi buat saya sekarang, profesi itu bukanlah sebuah hal yang kaku dan hanya boleh satu. Why I have to choose over what I would and what I should be, if I could have them both? Saya terinspirasi banget dari kata-kata seorang author yang pernah saya interview, dia bilang, "profesi itu hanya peran, dan peran bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan. yang membuat kita memiliki karir adalah, kalau ada karya yang bisa kita hasilkan."

Saya nggak mau tergantung dan terkukung di sebuah "profesi" aja, karena baaaaaanyak banget yang saya pengen lakuin. Saya pengen belajar banyak tentang jurnalistik, komunikasi, bahkan psikologi. Saya juga pengen bisa belajar IT biar nggak gaptek lagi :") Trus bisa graphic design juga cool banget! Pengen ngerasain kerja di agency, jadi PR, jadi CSR, jadi wedding organizer atau bahkan punya wedding organizer sendiri (can I get an Aamiin? hahaha), bahkan mungkin nanti jadi seorang insinyur beneran dan kerja di bidang teknik, sampai akhirnya saya punya satu gol yang mutlak: pengen jadi ibu-ibu yang suka nongkrong di sekolah anak, dan arisan pengajian bareng ibu-ibu lainnya. HAHAHAHA :"""")))) Mungkin nggak bisa semuanya saya capai, tapi setidaknya, saya pengen bisa bilang gini nantinya, "saya SUDAH berusaha ngewujudin mimpi-mimpi saya itu."


***


Life, will always changes. But I have to make sure, it'll take me to the good places.


Newer Posts
Older Posts

Hello, It's Rima!

Hello, It's Rima!
A free-spirited hippy type that often get soaked from dive so deep into her complex thoughts and a lot of big feelings.

Labels

asi vs sufor engagement korean drama life menujurrumah parenthood Rania review film rima's k-drama recap

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (5)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
  • ▼  2015 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ▼  Maret (2)
      • "Kerjaan lo kok enak banget sih?"
      • Life Changes
  • ►  2014 (40)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (31)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)

Find something

Most Popular

  • Apa Cita-Citamu?
  • Everybody's Changing
  • Lumos
  • Do Something, Make Something
  • We Can't Wait Forever
  • Nozomi, A Hope
  • Conquering Query

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates