Life Changes

by - Maret 21, 2015




Intro dulu.
Assalamualaikum! *bersihin debu-debu di blog*
UDAH EMPAT BULAN NGGAK APDET BLOG!!! Saya merasa sangat gagal :''''(( :'''))
During those 4 months of my absence, there's a loooooot of things going on. And...
Life changes.


Untuk keep up apa aja yang udah terjadi selama empat bulan ke belakang, rasanya saya bisa nulis trilogi novel super tebel tapi nggak erotis kayak Fifty Shades of Grey, dan nggak akan ada yang mau baca, dan males juga nulisnya.  But for my own sake, karena saya udah komit sama diri sendiri untuk (setidaknya berusaha) selalu menulis semacam jurnal perjalanan semasa hidup, I will try to recap 4 bulan kemarin dalam satu garis besar, yaitu ketika hidup berubah.



***

"Life Changes" chapter 1: After graduated, what's next?

Lulus kuliah dari bulan Juni 2014, nganggur nungguin wisuda bulan September 2014, dan masih belum dapet kerjaan sampai bulan November 2014, bikin otak dan hidup saya bener-bener kerasa hampa. There were hard times, a lot. "Udah lulus kuliah ya? Kerja dimana sekarang?" pertanyaan-pertanyaan dari temen, saudara, tante, om, dan bahkan orang-orang yang baru dikenal jadi salah satu tekanan yang emang nyata ya ternyata! Hahahaha :") Selain pertanyaan-pertanyaan dari orang lain yang nggak ada habisnya, pertanyaan-pertanyaan lain juga dateng dari dalam diri saya, ketika temen-temen satu persatu bekerja, ketika saya gagal di satu per satu tes yang saya ikutin. Sampai satu ketika saya nanya sama diri saya sendiri, sebenernya gue mau ngapain ini?

In million times I said, and in million times other people said: Rima itu salah jurusan.
Clearly. Saya emang nggak ada potongan anak teknik sedikitpun. Tapi saya nggak pernah mikirin itu terlalu serius sampai pada akhirnya lulus kuliah. Oke gue udah lulus nih, udah jadi sarjana teknik. Lalu selanjutnya apa? Apply ke perusahaan-perusahaan konstruksi, pasti. Nyoba program MT di bank-bank, udah juga. Ikutan temen-temen ngelamar apapun asal nggak ketinggalan, iya juga. Tanpa sebenernya saya pernah mikir mau jadi apa. Yang penting pada saat itu: dapet kerja.


***

"Life Changes" chapter 2: Maybe I should try something different.

Sampai akhirnya, penolakan dan kegagalan berkali-kali bikin saya pengen nyerah aja. Tapi disatu sisi, saya juga nggak mungkin nyerah nyari kerjaan. Lalu waktu itu saya curhat ke seorang temen, and he said one statement I never thought before, "Kenapa harus maksain kerja di bidang teknik? Kenapa nggak coba cari kerja yang lo suka?" Tanggapan saya waktu itu cuma ketawa garing, dan bilang, "Ah lo mah nggak ngebantu!". Tapi sehabis itu, berhari-hari setelahnya saya jadi makin kepikiran, iya ya, apa gue harus jadi insinyur?

Dan munculah sebuah pikiran itu, maybe I should try something different. Tapi saya bukan orang yang beruntung dilahirin punya bakat nyanyi, punya badan cakep bak model, atau apapun lainnya yang bisa dijadiin ladang karir. Saya akhirnya nanya lagi ke orang yang sama, "Trus gue mesti ngapain dong?" dan dia ngejawab dengan sangat simpel, "nulis." dengan lanjutan "daripada lo nyampah doang di blog."

Nggak pernah kepikiran sama sekali buat saya bahwa "menulis" adalah ability yang bisa saya jual. Selama ini saya nulis di blog emang cuma nyampah, atau mungkin saya harus ubah, bukan nyampah, tapi membuang sampah. Pada tempatnya. Karena waktu itu depresi banget nggak tau mau ngapain, mulai lah saya browsing-browsing lowongan *apapun* yang basicnya adalah menulis. Reporter, copy writer, content writer, dan segala macamnya, saya mulai pelajari tentang profesi-profesi itu.

Lalu nggaaak lama setelah saya kirim lamaran ke beberapa tempat, saya dapet panggilan buat jadi copy writer di salah satu agency, tapi akhirnya saya tolak karena beberapa hal. Belum sempet hopeless, ada sebuah perusahaan media online dan cetak yang ngehubungin. Setelah beberapa kali tes, ngobrol-ngobrol, dan observasi, saya akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dunia jurnalistik, dengan titel baru: reporter.


***

"Life Changes" chapter 3: Anak teknik masuk ke dunia jurnalistik

Mungkin saya lebih suka menyebut kerjaan saya sekarang sebagai creative writer/content writer, karena basicnya memang tugas saya adalah menulis. Reporter kesannya beraaaaat dan hebat banget, saya ngebayanginnya langsung Najwa Shihab hahaha. Dari dunia teknik lalu nyemplung ke jurnalistik, itu rasanya aneh banget! But in a good way.

Saya bersyukur banget Tuhan ngasih saya jalan kesini, dengan cara-cara yang nggak diduga. Bayangin aja kan, ibaratnya saya lagi diperjalanan mau ke Bali naik bis, eh bisnya mogok nggak nyampe-nyampe, akhirnya saya disuruh pindah bis, tapi nyampe nya ke Lombok. Dua destinasi itu beda banget, tapi sama-sama indah.

Nulis, selama ini cuma jadi "kebutuhan" buat saya, saat saya ngerasa udah "penuh" dan harus membuang cerita ke dalam sebuah tulisan. Sekarang, nulis mungkin juga jadi "keharusan" buat saya, tapi bukan cuma buat diri saya sendiri, melainkan juga buat orang lain. Gimana saya harus menulis sesuatu untuk orang banyak, setiap harinya, dan bukan cuma to give the news and information, or fact, but to give an impact too buat orang yang baca. Itu cita-cita saya, yang sampai saat ini masih saya coba wujudkan.

Namanya juga anak teknik yang nggak punya basic broadcast atau jurnalistik atau komunikasi sama sekali, saya banyaaaaak banget belajar. Paling utama, pasti harus jadi orang yang tau lebih awal mengenai berita-berita apapun yang mau di inform. Mau nggak mau, saya harus "tertarik" dengan seluk beluk pendidikan, ekonomi, politik, olahraga, fashion, lifestyle, sampai berita-berita nggak penting kayak Haji Lulung dan USB atau UPSnya itu. Lalu saya juga belajar cara menulis yang baik, (kayak belajar bahasa Indonesia lagi, EYD lagi, struktur kalimat lagi), belajar menggali informasi dari orang lain, ketemu orang-orang hebat yang saya wawancara, meliput banyak momen, itu semua jadi ilmu-ilmu baru yang masih harus saya gali dengan daleeeem banget.

To be given this opportunity to arrive in this new world, I can't Thank God enough. Baik buruknya, plus minusnya, semua kerjaan pasti punya hal itu. But the best way to enjoy it, ya dengan dibawa enjoy. Apalagi kalau bisa jalan-jalan gratis, makan gratis, dapet barang-barang gratis, dan semua gratis-gratisan lainnya. Setuju, gaesssss? Hahahaha :p


***

"Life Changes" chapter 4: Trus planning ke depan gimana?

Hah jadi apa? Reporter? Setelah dapet kerjaan, pertanyaan-pertanyaan kepo dari orang emang nggak ada berhentinya. Trus itu karir ke depannya gimana? Trus sarjana tekniknya buat apa? Dan berjuta-juta pertanyaan lainnya, yang juga sudah pernah saya tanyain ke diri saya sendiri. Saya termasuk orang yang percaya bahwa walaupun kita udah punya garis takdir dari Tuhan, kita tetep harus punya rencana mau seperti apa takdir yang kita buat. Ibaratnya,
kita bikin proposal, Tuhan yang ngasih approval.

Jadi insinyur di satu sisi emang menjanjikan banget, baik salary dan karirnya. Tapi saya ngebayangin, akan duduk setiap hari, ngerjain sesuatu yang bahkan saya nggak bisa untuk ngerti, akan jadi apa saya nantinya?

Dari saya banyak ngobrol dengan orang-orang yang udah sukses di bidangnya masing-masing, saya sampai ke satu kesimpulan bahwa, I would rather do what I wanna do. Kenapa passion menjadi penting untuk saya, karena itu adalah anak panah saya yang siap saya lepaskan, kemanapun saya akan menargetkannya.

Saya akan banyak ngebahas tentang passion di post-post berikutnya (kalau nggak males HAHAHA), tapi buat saya sekarang, profesi itu bukanlah sebuah hal yang kaku dan hanya boleh satu. Why I have to choose over what I would and what I should be, if I could have them both? Saya terinspirasi banget dari kata-kata seorang author yang pernah saya interview, dia bilang, "profesi itu hanya peran, dan peran bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan. yang membuat kita memiliki karir adalah, kalau ada karya yang bisa kita hasilkan."

Saya nggak mau tergantung dan terkukung di sebuah "profesi" aja, karena baaaaaanyak banget yang saya pengen lakuin. Saya pengen belajar banyak tentang jurnalistik, komunikasi, bahkan psikologi. Saya juga pengen bisa belajar IT biar nggak gaptek lagi :") Trus bisa graphic design juga cool banget! Pengen ngerasain kerja di agency, jadi PR, jadi CSR, jadi wedding organizer atau bahkan punya wedding organizer sendiri (can I get an Aamiin? hahaha), bahkan mungkin nanti jadi seorang insinyur beneran dan kerja di bidang teknik, sampai akhirnya saya punya satu gol yang mutlak: pengen jadi ibu-ibu yang suka nongkrong di sekolah anak, dan arisan pengajian bareng ibu-ibu lainnya. HAHAHAHA :"""")))) Mungkin nggak bisa semuanya saya capai, tapi setidaknya, saya pengen bisa bilang gini nantinya, "saya SUDAH berusaha ngewujudin mimpi-mimpi saya itu."


***


Life, will always changes. But I have to make sure, it'll take me to the good places.


You May Also Like

0 comments