(MEM)BENTENG(I) DIRI

by - Februari 13, 2016


Saya sampai kepada titik di mana saya sendiri nggak memahami kenapa saya bisa jadi saya yang sekarang.

I used to be the kind of person that full of affection and super passionate towards other people. Tapi semuanya kerasa berubah, dan nggak lagi sama.

Saya kehilangan keinginan untuk membuka diri kepada orang lain, saya kehilangan perhatian untuk orang-orang di sekeliling, bahkan saya kehilangan semangat dan niat hanya untuk sekedar membalas chat dari seseorang, siapapun itu. Yang bisa saya tunda berjam-jam lamanya, atau hanya mengetik jawaban seadanya,

Seolah-olah ada sebuah tembok besar tak tau dari mana asalnya, yang memisahkan diri saya dengan dunia luar. Dengan orang-orang,

Anti sosial? Nggak, bukan seperti itu.

Tapi lebih kepada, nggak ingin mempunyai hubungan yang lebih deep dan personal, dengan siapapun. Termasuk soal pasangan.

Seorang temen lama sampai bilang, "Kamu sense of belonging nya udah hilang ya?" Trus saya mikir... iyakah? Kayaknya iya deh. Saya ngerasa sekarang jadi orang yang dingin, dan heartless, setiap ada orang yang mencoba masuk ke kehidupan saya.

Awalnya mungkin biasa aja, saya dengan senang hati bersosialisasi sana sini. Tapi ketika saya ngerasa tembok besar itu mulai "diganggu" sama seseorang, self-defense saya akan dengan segera, dan impulsif, keluar. And in my head, there are sounds that said to that person, don't. Don't cross the line, turn yourself back, or I'll go away. Selalu seperti itu,

Kenapa ya? Saya juga nggak tau, dan nggak punya jawaban yang bisa meyakinkan orang lain, bahkan diri saya sendiri setiap ada pertanyaan, "Lo mau nya apa sih?" Maunya yaudah gini aja, sendiri. Berhubungan baik sama semua orang, tapi jangan ada yang menyangkut ke perasaan.

Eh tapi saya nggak depresi atau kesepian gimana ya hahaha. Justru saya ngerasa aman banget seperti ini, nggak ada yang perlu saya takutin, nggak ada yang perlu saya khawatirin.

Nggak tau sampai kapan. Mudah-mudahan temboknya bisa segera roboh. Mudah-mudahan di dalam tembok ini, isinya bisa cepat nggak rapuh lagi, biar nggak usah dibentengi.



PS: Tapi Rima nya temenan masih sama kayak dulu loh ya. Suka bingung kalo di bilang sombong atau sibuk mulu, padahal nggak. Dan beberapa hari lalu baru aja ketemuan sama temen lama, dan ngedengerin beberapa ceritanya yang ternyata udah banyak banget yang saya nggak up-date.

Dan nggak surprise, ketika kita ketemu sama orang yang udah lama nggak kita temuin, ada banyak banget hal yang berubah ya. Ada pelajaran-pelajaran yang bisa kita dapet, ada pengalaman-pengalaman yang dibagi, dan ada pendewasaan-pendewasaan yang sebelumnya mungkin nggak pernah kita kira.

Saya jadi kepikiran pengen bikin #TemanBercerita. Jadi kita ketemu, ngobrol-ngobrol, dan saya pengen nulis beberapa cerita (atau beberapa kalimat aja kalau saya males nulisnya hahahaha) yang menurut saya layak banget buat dibagi ke orang lain. Karena semua orang butuh didengarkan, karena semua orang butuh teman untuk bercerita. Ya nggak sih? Nah, saya pengen bikin #TemanBercerita ini semacam movement nya Brandon yang bikin Humans of New York gitu deh. Duh, pengen banget!

Sayangnya, pas saya bilang ke temen saya itu bahwa saya pengen nulis cerita dia, dia langsung ngancem, "Awas aja ya kalau kamu nulis-nulis ini di blog!" Hih, nggak ngerti banget esensi cerita ya. Kzl.

Btw, kalau ada yang tertarik, yuk, shall we grab a coffee? :)


You May Also Like

0 comments