twitter instagram linkedin
  • HOME
Sumber: google


Bukan, bukan. Post ini bukan post narsis yang akan ngomongin tentang diri saya. Hahaha. Walaupun, memang inspirasinya dari sana.

Jadi, suatu ketika di ruang redaksi kantor, saya dan teman-teman sedang diskusi menentukan sebuah judul tulisan. Lalu saya menyeletuk, "Ih iya yang itu aja, bagus! Berima gitu akhirnya!", dan dibalas oleh editor saya, "Iya, Rima emang bagus. Beraturan, A-A-A-A. Atau A-B-A-B. Nggak kayak Rima yang ini, berantakan. Absurd." katanya, sambil nunjuk ke arah saya. Yang dilanjutkan dengan ngakak-ngakak-an massal satu ruangan. Saya ikutan ketawa sih, walaupun keki juga sebenernya. Hahahaha.

Intinya bukan itu. Intinya, saya, terlepas dari nama saya, emang suka banget sama kata-kata yang berima (Ngomong-ngomong, yang benar tuh "berima" atau "ber-rima" sih?). Jadi kalau membaca tulisan, yang penulisnya jago banget mencari diksi yang bukan cuma sesuai sama apa yang disampaikan, tapi juga membuatnya jadi indah dibaca, tuh rasanya pengen..... UUUUHHH... sungkem! Kalau cewek, mau dijadiin sahabat. Kalau cowok, masih jomblo, duuuh minta dipacarin banget! Hahahahaha. (Btw, jadi keinget pengen banget punya buku kumpulan puisinya Rangga di AADC 2 yang ditulis sama Aan Mansyur. Aaaaaaakkk nggak sabar!)

Selain para penyair, atau penulis, atau apapun itu deh yang bisa membuat kata-kata dan kalimat indah nan berima, saya juga kagum se-kagum-kagumnya sama para...... rapper! IYA LOH. Mereka hebat-hebat banget! Musik hip hop yang erat dengan kebudayaan dan kebebasan berekspresi ini, bukan cuma enak buat didengerin sambil ngangguk-ngangguk hipster gitu, tapi juga diresapin lirik-lirik dan pesan dalam lagunya. Walaupuuuun, saya nggak ngerti-ngerti banget gimana dan yang kayak apasih lagu rap yang keren, punchline dan hook yang oke, atau flow yang asik di hip hop (intinya: pengetahuan saya soal hip hop sangatlah receh), tapi saya sangat menghargai lirik yang poetic dan word play yang bikin saya "whoaahhh... whoaaahhh...." pas dengerinnya.

Selain soal sex, perempuan, dan uang, banyak banget loh hip hop yang berbicara lebih dari itu. Dulu waktu saya kelas 5 SD, saya ngefans berat sama Black Eyed Peas semenjak beli kaset "BIG" yang ada lagu mereka di dalamnya. Judulnya 'Where Is The Love?'. Sampai sekarang, lagu itu masih jadi salah satu lagu favorit saya, yang liriknya powerful banget!


"If you only have love for your own race / Then you only leave space to discriminate / And to discriminate only generates hate / And when you hate then you're bound to get irate"

Trus.... Eminem! Duh, kayaknya siapapun di generasi saya pasti seenggaknya tau cowok ganteng ini deh. Katanya, Eminem adalah salah satu rapper terbaik dengan lirik-lirik terkeren. Dan iya, emang iya banget! Salah satu lagunya yang bikin saya mangap-mangap tuh 'Lose Yourself'. Asli....

"His palms are sweaty, knees weak, arms are heavy / There's vomit on his sweater already: mom's spaghetti / He's nervous, but on the surface he looks calm and ready / To drop bombs, but he keeps on forgetting / What he wrote down. The whole crowd goes so loud / He opens his mouth but the words won't come out / He's choking, how? Everybody's joking now / The clock's run out, time's up, over -- blaow!"

Trus masih banyak lagi.... Ada Missy Elliot, ada M.I.A. Rapper-rapper cewek yang menurut saya wow banget. Missy tuh kayak sesepuhnya rapper perempuan di dunia hip hop, dan M.I.A adalah salah satu alpha female yang berani BANGET ngebahas isu-isu sensitif lewat lagunya. Bahkan saya nangis (hahahaha. tapi emang sedih banget! :( beneran) pas nonton musik videonya M.I.A, 'Born Free' yang sampai di-banned sama Youtube.

Dan baru-baru ini, yang menyita perhatian saya juga adalah rapper dari Korea Selatan, namanya Tablo. Orang Korea tapi lulusan English Literature dan lanjut master degree jurusan Creative Writing, dua-duanya di.... STANFORD UNIVERSITY. Waw.... dan lalu, dengan segala gelar itu, dia milih buat jadi.... rapper. IH! Hahahaha.

Jadi bisa dipercaya ketika si Tablo ini nulis lirik, hasilnya.... BOOM. Gila, gila banget. Poetic, and artistic! Cuma bisa tepuk tangan ajah, sambil meringis, sambil buka-buka kamus dan googling arti dari beberapa kata dalam Bahasa Inggris yang gue pun nggak tau. Ini kok ya jago banget sih. :"))) Nih, salah satunya:



"You're the victor in this pageantry / But the only trophy you deserve, catastrophe."

*ca·tas·tro·phe
kəˈtastrəfē/
noun
  1. an event causing great and often sudden damage or suffering; a disaster.
    "a national economic catastrophe"
    synonyms:disaster, calamity, cataclysm, holocaust, havoc, ruin, ruination, tragedy;More
    • the denouement of a drama, especially a classical tragedy.

:)


"What..."

"When..."

"Where..."

"Who..."

"Why..."

"How..."

"If..."

"What if...."

"How could...."

"Where would..."

"When should...."

.......

.......

Life is about gazillions question waiting to be answered. But, do we really need to answer them all? Another question waiting to be answered.



Saya penasaran, gimana caranya ngasih "nggak enak" ke kucing. Karena saya adalah orang yang "nggak enakan" banget. Banget, banget, banget.

Dan saya nggak bangga dengan hal itu. Malah bagi saya, ini adalah sebuah....... apa ya, saya nggak tau apa ini termasuk kelemahan, kesalahan, atau bisa jadi kebodohan. Iya, kebodohan yang dilakukan secara sadar, oleh saya sendiri.

Rasa nggak enakan saya terhadap banyak hal, dan siapa aja ini udah masuk dalam tahap yang mengkhawatirkan. Dan nggak jarang, justru seringnya, ngerugiin saya sendiri. Sebelumnya mari kita bedakan, antara orang yang baik dengan orang yang lemah, nggak punya prinsip, dan nggak bisa menentukan prioritas. Saya, menurut saya, adalah orang yang terakhir itu.


Dan rasa nggak enakan sama orang lain ini banyak banget contohnya.

Nggak enak buat nolak ajakan atau permintaan orang. Semua saya iya-in, semua saya ayo-in. Nanti, begitu udah dekat-dekat tanggalnya (untuk kasus diajak pergi), saya baru kelabakan begitu sadar ternyata ada beberapa agenda di waktu yang bersamaan, Atau, nanti, sesudahnya, saya baru kelabakan sendiri ngerjain hal-hal yang seharusnya saya kerjain, tapi saya tinggalin demi meng-iya-kan dan meng-ayo-kan ajakan atau permintaan tadi.

Lagi makan-makan, trus teman saya mau bayarin, saya ngerasa nggak enak dan maksa saya aja yang bayar, atau seenggaknya biar aja saya bayar makanan saya sendiri. Ini sering banget kejadian sampai bikin drama di restoran atau di depan kasirnya.

Ada teman yang saya tau hari itu ulang tahun, saya nggak enak kalau nggak ngasih apa-apa (padahal bukan teman dekat juga). Trus saya selalu keliling ngajakin anak-anak yang lain buat ngasih sesuatu ke dia bahkan ngadain surprise (yang jarang banget ditanggepin dengan se-antusias saya oleh yang lain).

Lagi jalan sama orang, terus ternyata macet atau hujan, saya jadi nggak enak ke dia/mereka. Padahal saya tau, bukan salah saya atau gara-gara saya juga itu jalanan macet atau tiba-tiba turun hujan. Tapi saya tetep minta maaf karena nggak enak.

Naik taksi minta dianter ke tempat yang saya juga belum pernah datangi, trus sempat harus muter-muter karena nyari alamatnya, saya berkali-kali minta maaf ke supirnya yang ngedumel. (Dan gara-gara ini pernah saya dimarahin teman yang bilang, "Ngapain sih lo minta maaf! Kita kan bayar!")

Diboncengin abang ojek dari rumah ke kantor (atau sebaliknya). Saya selalu nggak enakan dan sering banget minta maaf ke abangnya. "Maaf ya bang lama banget.", "Maaf ya bang jauh banget". Bahkan kayaknya percakapan kayak gini selalu kejadian deh, setiap naik ojek.

Bikin orang lain nunggu. Saya orangnya nggak sabaran dan nggak suka nunggu, tapi jauh lebih nggak suka kalau telat dan bikin orang lain nunggu. Sepanjang jalan, saya nggak bakalan tenang karena ngerasa nggak enak banget, dan sering sampe sakit perut kram dan maag kambuh gara-gara stres ini. Serius.

Dianterin atau dijemput teman, pacar, siapapun yang saya kenal. Serba salah. UUUH rasanya nggak enak banget. Butuh tapi ngerepotin, ngerepotin tapi butuh. Dilema.

Dll, dll. dll.


Dan sering banget gara-gara rasa nggak enak saya, pada akhirnya saya justru ngerasa kecewa, susah, bahkan sedih sendiri. Karena ternyata orang lain nggak se-peduli itu. Sama saya. Misalnya....

Nungguin orang, trus setelah ditungguin, malah ninggalin duluan. Ini sering terjadi.
Contoh:
"Tugas lo belum selesai? Yaudah gue tungguin, ngumpulinnya besok aja bareng-bareng."
Trus besoknya,
"Gue udah ngumpulin nih, lo juga gih."
.......

Pengen banget sama suatu hal, tapi ada yang pengen juga, akhirnya ngalah. Ini juga sering.
Contoh:
"Tiketnya cuma satu. Gimana nih?"
"Henggg yaudah buat lo aja." (dalam hati berharap ada rasa kesetia kawanan)
"Oh yaudah,"
........

Ituuuuuu, sering banget terjadi. Dan saya pada akhirnya cuma bisa bergerumul sendirian aja dalam hati. Lebih sering lagi saya ngelakuin sesuatu buat orang lain, tapi nggak ada apresiasi apalagi dihargai. Dan nggak kalah seringnya, they take me for granted. Kadang, saya beneran nggak suka, sebel, kesel, sedih, tersinggung, bahkan marah loh. Tapi nggak pernah dianggap serius sama orang. Iya, diajak bercanda dikit emang udah ketawa-ketawa lagi sih, tapi kan nggak berarti tadi marahnya nggak beneran.

Capek. Capek banget, tapi nggak tau gimana caranya buat nggak gitu lagi.


Kayaknya udah 1001 kali saya janji ke diri sendiri, setelah kecewa dan sedih-sedih itu, kalau besok-besok pokoknya saya nggak mau mikirin orang lain! Nggak usah pakai nggak enak-nggak enak. Yang penting saya dulu. Pokoknya prioritasin diri sendiri! Orang lain tuh nggak bakal peduli sama kita, melebihi dirinya sendiri. TITIK.

Tapi...

Tapi...

Tapi....

Ya ujung-ujungnya keulang lagi.

Sebel.


Dan tau nggak apa yang saya pelajari? Udah semakin jarang orang yang bisa menghargai orang lain. Bahkan sesimpel mengucapkan kata "tolong", "maaf", dan "terima kasih" aja langka loh! Beneran. Saya jadi makin sedih. Padahal kan, dengan kata-kata sederhana itu aja, maknanya besar banget buat orang yang menerima.

Saya selalu, berulang kali ngucapin mantra ini: If you do something that you believe it's a good thing, just do it passionately. But don't ever expect others to do, or act, the same as you do. Because their hearts, simply different than yours. So get out while you can and start giving. And if your heart breaks, let it break. Because in the end, it will be okay.

Tapi emang, jadi orang yang ikhlas itu susah sekali.


PS: Kucing saya nggak mau tuh, dikasih makanan yang nggak enak. Boro-boro yang nggak enak, makanan sisa dirinya sendiri aja nolak, maunya yang baru, yang masih fresh, yang lebih enak. Jadi, yang nggak enak ini mestinya dikasih ke siapa dong?


Kayaknya saya tahu deh, kenapa saya galau mulu ngerasa kesepian gitu. Mungkin karena saya orbitnya beda sendiri kali ya, dengan orang-orang yang ada di sekitar saya. Jadi tuh kayak merasa hilang sendirian gitu, mengambang di tengah-tengah ruang yang nggak ber-gravitasi. Seenggaknya kan, kalau ada gravitasi, saya bisa jatuh ke bawah.

Ngobrolin kerjaan sama teman-teman kuliah, saya cuma bisa cengo' dan ngangguk-ngangguk aja ngedengerin mereka yang cerita tentang proyek inilah, perusahaan itulah, Kementerian apalah, dsb, dsb, dsb nya. Bidang ilmu dan pekerjaan yang udah benar-benar saya tinggalkan sejak lulus dari Universitas dan menyandang gelar "Sarjana Teknik", tahun 2014 lalu.

Pun di pekerjaan yang saya lakukan sekarang, saya juga nggak benar-benar mendalaminya terlebih dulu. Jadi suka nggak nyambung juga dan ngerasa kayak ketinggalan kereta.
Setiap hari dicecokin lagu-lagu metal sama Om Refly, bikin saya malah sakit kepala dan ngerasa kalau dengerin lama-lama, bisa-bisa jadi darah tinggi. Sambil mikir, ini yang nyanyi nggak capek ya, teriak-teriak ngegraung-graung gitu.
Diceritain tentang dunia art sama Christ yang anaknya artsy banget, saya juga cuma bisa dengerin aja sambil nanya-nanya terus, di mana sih letak artsy nya, sampai-sampai saya ngerasa kayaknya kalau saya coret-coret ngasal aja, juga bisa dianggap art.
Diajarin desain sama Dandy, saya juga mentok sampai tahap-tahap dasar dan berbekal sama hobi gambar receh saya aja, tanpa bisa benar-benar menghasilkan karya kayak dia yang oke punya.

Kalau lagi ketemuan sama sahabat-sahabat cewek saya, topik yang dibicarain juga seputar itu-itu aja. Dari dulu sampai sekarang, yaudah cinta lagi, cinta lagi. Gimana si ini baru punya pacar lagi setelah kenalan di Tinder, yang ternyata temannya teman-nya yang lain. Gimana si itu udah diajakin serius sama pasangannya, tapi masih bingung dan ngerasa belum siap. Gimana si ono belum bisa move on dari mantannya yang udah bertahun-tahun putus. Gimana si (setelah ini, itu, ono, apa ya? Ya pokoknya gitu lah) cerita gimana asiknya nikah muda, dan nyuruh-nyuruh yang lain ikutan cepat nikah. Dan saya, cuma bisa senyum-senyum ngedengerin semua heboh dan suka dukanya mereka.

Bahkan ya, di keluarga saya sendiri pun, saya juga ngerasa gitu.
Suatu ketika pulang kerja, saya masuk ke kamar Mamah dan mendapati beliau lagi asyik nonton TV sendirian. Saya ikutan nonton di sebelahnya, sambil nanya-nanya tentang sinetron yang jadi favorit Mamah. Nggak sampai 10 menit, saya nyerah. Diceritain dan nonton sendiri pun, saya nggak paham di mana letak seru dan menghiburnya sinetron itu. Saya akhirnya keluar.

Pun sama adik saya, yang gara-gara dia, saya jadi ikutan demam K-Pop.
Saya ngerasa nggak bisa dibilang sebagai anak korea-koreaan banget. Selain suka nonton drama dan punya beberapa aktor favorit aja, pengetahuan saya sebagai fangirl beneran payah banget. Bahkan adik saya sampai sekarang, udah kesel dan nyerah ngasih tau saya nama-nama dan gimana cara ngebedain personil sebuah girl/boyband, yang menurut saya mukanya kalau nggak sama semua, ya tiap foto berubah-berubah.

Apalagi ayah saya, yang kalau nanyain tentang kerjaan saya, bikin kami berdua jadi awkward dan nggak tahu harus ngebahas apa. Suka ada rasa bersalah dan sedikit sesal sama Beliau, karena saya nggak bisa lagi jadi anak yang dibangga-banggain tiap ada acara keluarga kayak dulu. Anak pertamanya yang dulu digadang-gadang jadi penerus insinyur, malah tiba-tiba membangkang dan kerja di media yang Beliau nggak ngerti. Pernah satu hari, Ayah bilang habis baca tulisan saya tentang galau, dan saya malah jadi malu sendiri,

Dan jangan tanya gimana bingungnya saya setiap acara keluarga besar. Sepupu-sepupu saya yang sebaya (maksudnya usianya sama-sama masih 20-an) dan perempuan, semuanya udah menikah kecuali saya, dan satu orang lagi di bawah saya, yang justru saya baru dapat kabarnya sebentar lagi akan dilamar. Semua pembahasannya adalah seputar rumah tangga, ekonomi keluarga, anak, suami, gosip artis, dan ngomongin sepupu lain yang kebetulan lagi nggak hadir.

Gitu.

Semua orang di sekeliling saya rasanya berada dalam orbit mereka masing-masing, dan mengelilingi satu planet. Sementara saya, ngerasa beda orbit sendiri. Bahkan malah kayak nggak punya orbit. Ya nemplok sana, nemplok sini aja gitu. Masih nyari, planet mana yang harus saya kelilingi.

Jadi, di manakah planet saya berada? Sini dooooooooong, biar saya nggak bingung lagi.
Pernah menulis Hilang Dalam Ruang (yang nggak tahu apa maknanya) sekitar empat tahun yang lalu, dan tiba-tiba ingin menulisnya lagi, karena merasa mengalaminya kembali, di waktu-waktu belakangan ini.

Rasanya tuh... Apa ya? Semacam merasa kehilangan suatu hal tapi nggak tahu apa yang harus ditemukan. Semacam merasa tersesat di tengah-tengah jalan bahkan saat nggak tahu harus kemana tujuannya. Semacam.... kesepian, tapi nggak tahu apa sebenarnya yang didamba.

Mungkin seperti itu.

Issssshhh, capek deh. Kebanyakan mikirin hal-hal yang mungkin seharusnya nggak dipikirin. Ngebesar-besarin sesuatu yang aslinya mungkin kecil. Menggerumul sendirian sampai otaknya penuh, trus kesel sendiri nggak tahu apa yang dikeselin.

Sepi. Sepi. Sepi.

Bosan. Bosan. Bosan.

Nggak ada gitu, yang mau diajakin ngitungin jumlah kaki nya ulat kaki seribu, biar dia nggak kena fitnah terus?

Hih.


Berawal dari sebuah obrolan bersama seorang teman....

"Asal kan lo nonton film rekomendasi dari gue juga."
"Boleeeeh apa apa"
"Mau yang nuansanya kayak apa?"
"Yang nggak bikin gue gloomy sepanjang hari. Haha."
":) Hector and The Search for Happiness udah belum?"
"Belum nonton. Oke dicatat!"
"Harus. Banget. Dijamin bakal kayak gini sepanjang hari: *sticker Moon di Line yang ngangguk-ngangguk*


***

Sejujurnya, pertamanya, saya agak males mau nonton film Hector and The Search for Happiness ini (HAHA). Kenapa? Soalnya rating di Rotten Tomatoes dan Metacritic nya rendah banget, bahkan 40% pun nggak nyampe. Dan saya tipe orang yang gampang banget kepengaruh sama rating kalau mau nonton film. (Abis ini dimarahin. "Isssssssshhh. Mesti dialami dulu filmnya!" haha).

Tapi karena di kantor lagi mati ide dan nggak tau mau ngapain biar moodnya bagus, akhirnya saya memutuskan untuk nonton si Hector (Btw, perjuangan abis nyari filmnya di torrent), dengan ekspektasi, "hmmm kayaknya filmnya nyenengin nih."

Sinopsis singkatnya: Ada seorang psikiater bernama Hector, yang kayaknya udah punya semua yang dia butuhin di hidupnya. Semua serba teratur. Punya pacar yang setiap hari ngurusin hidupnya dengan detail dan rapi. Punya pekerjaan tetap yang bikin dia mapan. Sampe-sampe, Hector justru ngerasa bosen, monoton, dan nggak tau lagi "arti hidup dan bahagia".

Nah buat nyari tau apa arti bahagia demi pasien-pasien yang tiap hari dia temuin ini, akhirnya Hector mutusin buat pergi. Keliling dunia. Tanpa tujuan dan waktu yang pasti. Tanpa tau apa yang harus dia cari, demi bisa ngejawab satu pertanyaan, "What makes people happy?"

Dan ternyata, selama dua jam nonton film yang saya kira bakal nyenengin dan bikin ketawa-ketawa ini, justru malah bikin saya narikin tissue di meja kantor dan sibuk srottt srotttt ngeluarin ingus sambil ngelap air mata. Sial. Temen saya itu bohong banget. Hahahaha.

Selama dua jam ngikutin perjalannya Hector, saya ketawa, senyum-senyum, nangis sesengukan, dan saya juga jadi ikutan belajar nyari tau arti bahagia. Filmnya quote-able banget. Sampe-sampe saya catetin hal-hal dan dialog-dialog yang menurut saya keren. Dan cocok buat caption foto di Instagram. Hahahahahagadeng.

Intinya, iya, emang bener. Kadang kamu harus pergi jauh, buat akhirnya kamu mencari jalan pulang.

Jauh-jauh si Hector keliling dunia dari China sampe Afrika, ujung-ujungnya, he returns with one realization: he HAD everything he needed to be happy, those whole time.

Ada banyak banget hal yang bisa bikin manusia bahagia. Sama kayak yang dicatet sama Hector.

"A lot of people think, happiness means being richer, or more important."

"Happiness could be the freedom to love more than one woman at the same time."

"Happiness is, answering your calling."

"Happiness is being loved for who you are."

"Happiness is feeling completely alive."

"Happiness is, knowing how to celebrate."

etc, etc.

Saya setuju banget sama semuanya, dan rasanya pengen saya bold dan underline satu per satu itu dialog di Hector and The Search For Happiness. Yang saya nggak setuju justru sama pernyataan akhirnya: "We all have an obligation to be happy.'

Nooooooo...... Kita nggak perlu punya kewajiban buat bahagia. Kita nggak perlu punya hak buat bahagia. Happiness is here. It lies within ourself. We all, all of us, have the capacity to be happy. Bahagia udah terletak di dalam setiap diri makhluk hidup kok. Kita tinggal mencari dan menemukannya aja.

And sometimes, we're trying too hard to look for happiness in a place that too far away and too hard to get. Kenapa? Karena kita terlalu fokus sama "the next thing" dan jadi lupa untuk fokus sama "what's right in front of us". Kayak apa yang dicatet Hector; Many people only see happiness, only in their future.

Padahal bahagia adalah kumpulan dari rasa-rasa yang sederhana.

Nggak sesusah ngerjain soal matematika. Atau nggak sejauh harus keliling dunia. Atau nggak segila bisa pacaran sama Maria Ozawa.

Dikumpulin aja, sedikit-sedikit. Satu persatu. Karena bahagia bukan jackpot yang didapetin once in a while atau cuma sekali seumur hidup.

And last, the only way to find happiness, is to create meaning and purpose in our own life.

Kesimpulan: besok-besok emang jangan terpengaruh rating kalau mau nonton film. Hahahaha. Hector and The Search for Happiness baguuuuuuuus! Seselesainya, saya capek nangis. Tapi juga nggak tau kenapa, ngerasa lebih plong dan lega. Ngerasa lebih kaya, perasaan dan hatinya. Dan... bawaannya pengen senyum sepanjang hari ke semua orang. Biar bahagia dan nularin bahagianya.

Jadiiii.... Selamat berbahagia, setiap saat dan kesempatan! :D


Newer Posts
Older Posts

Hello, It's Rima!

Hello, It's Rima!
A free-spirited hippy type that often get soaked from dive so deep into her complex thoughts and a lot of big feelings.

Labels

asi vs sufor engagement korean drama life menujurrumah parenthood Rania review film rima's k-drama recap

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (5)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (2)
  • ▼  2016 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ▼  April (6)
      • Rima!
      • Conquering Query
      • "Kalau nggak enak, kasih kucing aja"
      • Beda Orbit
      • Hilang Dalam Ruang (II)
      • Mencari dan Menemukan Bahagia
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
  • ►  2015 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2014 (40)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (31)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)

Find something

Most Popular

  • Apa Cita-Citamu?
  • Everybody's Changing
  • Lumos
  • Do Something, Make Something
  • We Can't Wait Forever
  • Nozomi, A Hope
  • "Kalau nggak enak, kasih kucing aja"

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates