Why we have to know which the road to take?

by - April 29, 2013


Akan tiba saatnya, ketika kita berhadapan dengan persimpangan-persimpangan jalan.

Jalan yang satu mungkin akan membawa kita menyusuri sebuah jalan setapak, memasuki hutan lebat dengan pohon-pohon pinus besar yang berdiri anggun menyambut. Kokoh, tegar, berdiri dalam diam.

Sementara jalan yang lain memanjakan mata dengan hamparan danau biru yang luas, burung-burung terbang bebas berkerumun. Damai, sepi, menyelimuti dengan tenang.


Atau bisa juga kita salah membuka pintu. Memasuki rumah seorang bangsawan tanpa izin pemiliknya. Akibatnya kita tertangkap, dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, terperangkap dalam kesendirian.

Setelah fantasi menarik diri dan akal sehat kembali menggerayangi, sebelum melangkahkan kaki, kita akan sampai kepada satu momen diluar dimensi. Waktu terasa berhenti, bergerombol perasaan menyesaki dada, kebingungan melanda; jalan mana yang harus kita pilih?

Life is a series of thousands upon thousands of forks in the road. When we strip life down to its core, it’s all about making one choice after another. Add up all our choices and there’s our life.

We can’t seize in between, for it will end up in stagnation. Likewise, there’s no room for mediocrity.

Lalu, tidak ada cara lain selain memilih.

Terkadang, pilihan-pilihan itu jelas terlihat di depan mata.
Kadang pula, kita sendiri yang tanpa sadar memilih untuk berada ditengah pilihan-pilihan itu.
Namun tidak jarang, kita sama sekali tidak menyadari saat pilihan datang, bukan, namun berlari, dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya, sehingga kita tidak sempat membalikkan badan, apalagi bersembunyi.

Dan kadang....

Kita dihadapkan pada kondisi dimana memilih adalah satu-satunya jalan yang kita miliki.

Inilah yang terjadi dalam hidup, ketika hidup, melalui hidup.


Kita telah, berjuta-juta kali memilih A daripada B, atau memilih B dibandingkan A.
Semua menjadi sebuah paradoks kehidupan. Each choices made is a defining point of our life, good or bad.

Orang bijak berkata; "memilihlah dengan bijak". Namun tidak ada satupun diantara mereka yang dapat menjelaskan bagaimana cara memilih yang bijak, yang mana yang merupakan pilihan bijak, pun bagaimana menjadi bijak itu sendiri.

So how do we know the road to take?
Where the road we have to take?
Why we can't know which the road to take?
When we have to take the road?

Or billions question like that poppin' out of our mind.

Jawaban saya hanya satu:

Why we have to know which the road to take?

Enjoy life, it's always full of surprises. We only live once. :)))

You May Also Like

0 comments