Untuk Laki-Laki yang Pertama Kali Aku Cintai

by - Agustus 02, 2014


Hai....

Ayah.

Ayah lagi tidur sambil mendengkur waktu kaka nulis ini. Hihi.

Tadi kaka mau bongkar-bongkar album foto sama ade, nyari foto-foto lama, tapi gak jadi Yah, males.

Kaka mau nostalgia. Memutar lagi kenangan masa kecil dulu... Biasanya Ayah yang cerita, kaka cuma ketawa-ketawa sama mama dan tasya. Hahaha.

Ayahku, yang kata orang hitam dan seram.
Dulu waktu kita masih bertiga, Ayah yang tiap pagi ngegendong sambil nyuapin kaka nasi tim. Trus main tinggi-tinggian. Ayah ngegendong kaka di atas pundak, sambil nyanyi lagu bikinan sendiri. Kaka masih inget loh sampai sekarang "tinggi... tinggi... tinggi sekali, di atas awan, seneng-senengan, asyik-asyikan, manja-manjaaaan~" Hahaha. Tapi dulu menyenangkan sekali, kaka selalu ketawa pamerin gigi yang baru muncul satu-dua biji. 

Ayahku, yang suka becanda tak kenal waktu.
Dulu ayah masih sering ditugasin ke Kalimantan, Bontang, sampai Sumbawa, kaka selalu tulis surat buat Ayah, trus dikirim lewat Pak Pos.
Dulu belum ada hp ya yah, sinyal telepon pun susah. Ayah sering cerita, Ayah pamerin itu surat-surat kaka ke bos-bos bule ayah.  "Look, these are from my daughter. She's only 3 years old but she did all of this!"
Haha. Sekarang suratnya pada dimana ya Yah?

Ayahku, yang tak keras namun tegas.
Disaat anak-anak kecil yang lain setiap sore main galasin atau tak benteng di lapangan, kaka lebih suka ngelihatin jendela nunggu Ayah pulang kerja.
Habis itu, kita baca buku cerita sama-sama, dan menggambar banyak binatang dan benda. Gambar Ayah bagus sih, jadi kaka sering minta ajarin. Koleksi buku gambar kaka, entah udah berapa jumlahnya.

Tapi Kaka paling sebel kalau udah mau ulangan umum. Ayah selalu maksa kaka buat belajar matematika, sementara pelajaran yang lain boleh diajarin mama.
Setiap malam, kaka disuruh ngerjain berpuluh-puluh, bahkan pernah sampai 100 soal ya Yah, hitungan perkalian dan pembagian. Kalau skornya jelek, Ayah ngehukum nyita komik-komik Kaka. Disembunyiin di kamar kerja.

Lalu kaka mulai beranjak remaja, Ayah. Segala perhatian Ayah mulai membuat kaka jengah.

Ayah yang biasanya mengantarkan kaka sampai depan kelas, lengkap dengan ciuman di pipi dan dadah dadah dengan suara keras, berganti dengan mobil jemputan yg penuh dengan teman-teman.
Ajakan Ayah setiap minggu pergi ke taman gajah, berubah dengan kaka sibuk smsan dirumah.

Kaka seakan menganggap diri kaka udah besar, udah bukan waktunya lagi dimanja-manja Ayah.

Sampai kini....

Kaka sadar. Bahwa bukan hanya kaka yang bertambah dewasa, pun Ayah sebenarnya ikut menua.

Seiring kini, kaka sangat menikmati waktu-waktu bersama Ayah. Kaka seneng, dismsin hal-hal nggak penting sama Ayah. Ngedengerin celotehan nggak jelas yang selalu narsis nyebut diri sendiri Ay-ay gan-gan (Ayah Ganteng). Nonton bareng film-film X-Men kesukaan Ayah. Atau nyanyi lagu-lagunya Michael Learns To Rock yang kaka sampai hafal sejak SMP. Kaka tau, Ayah kesepian, melihat dua putrinya sekarang tenggelam dalam dunianya sendiri.

Melihat rambut-rambut putih yang mulai tumbuh dikepala Ayah, mendengar suara batuk Ayah yang kini terdengar hampir setiap pagi, dan melihat kalender yang menunjukkan tanggal hari ini...

2 Agustus 2014.

Ayah, ini hari kelahiran Ayah.

Rasanya, kaka gak mampu menuliskan beribu doa yang kaka mohonkan untuk Ayah.
Maka izinkan kaka, pada hari ini, di ulangtahun ayah yang ke 49, meminta doa dari Ayah.

Yah...
Doakan kaka ya.
Agar kaka mampu, bukan membahagiakan, tapi setidaknya meringankan sedikit peluh dan keringat Ayah.
Kaka tau, Ayah lelah. Di usia yang udah tak muda lagi, Ayah masih harus pergi pagi dan pulang malam, demi kaka, mama, dan adek bisa makan.
Kaka tau, Ayah mulai sering sakit pinggang. Mungkin juga banyak sakit lainnya, tapi nggak pernah Ayah keluhkan. Ayah selalu begitu.
Kaka ingin Ayah istirahat. Berdua mama dirumah, bercengkrama dan bersantai menikmati masa yang tak lagi muda.
Ayah bilang, Ayah mau punya rumah di Bogor ya? Yang jauh dari hiruk pikuk kota dan segala problematikanya. Tenang, dekat dengan alam.
Ayah, sekarang kaka sudah sarjana. Mengikuti keinginan Ayah untuk memiliki gelar yang sama, seorang insinyur. Melihat senyum bangga dan bahagia Ayah kemarin, membuat kaka hampir nggak mampu menahan air mata yang telah menggenang. Ayah berhasil, berhasil mendidik dan membimbing kaka hingga menjadi sekarang.
Ayah, Kaka mohon ridho nya Yah, mudah-mudahan kaka bisa menggantikan Ayah, secepatnya, untuk menafkahi keluarga ini, membiarkan Ayah rehat dari segala aktivitas yang selama ini membelenggu Ayah, mewujudkan mimpi-mimpi Ayah...

Yah, doakan kaka ya...
Agar nanti, kaka bisa memiliki laki-laki yang mau dan mampu menjaga kaka, seperti yang sudah Ayah lakukan, 20 tahun lamanya.
Ayah yang nggak pernah bosan dan menolak ketika kaka minta antar jemput kesana kemari, panas, hujan dan macet, tapi Ayah sama sekali nggak pernah mengeluh.
Ayah yang selalu menjadi imam sholat yang baik, yang menjadikan tradisi berjamaah baik subuh maupun magrib dalam keluarga menjadi sebuah kebiasaan, contoh bagi keluarga kecil kaka kelak.
Kaka mohon restu Yah, mudah-mudahan akan ada laki-laki baik yang nantinya akan meminta izin kepada Ayah untuk menggantikan kewajiban Ayah menjaga kaka, mengambil tanggung jawab atas semua baik dan buruk, pahala dan dosa, dunia dan akhirat diri kaka.
Sehingga Ayah tak perlu lagi mengkhawatirkan kaka, karena telah ada seseorang yang Ayah percaya untuk membimbing kaka..

Untuk laki-laki yang pertama kali aku cintai...

Ayahku.

Tubagus Rizal Andriaz.

Selamat ulang tahun, ke empat puluh sembilan.
Semoga Allah selalu memberkahi seluruh kehidupan dunia dan akhirat Ayah.

Semoga Allah memberikan Ayah dan Mamah umur yang cukup, bukan untuk melihat kesuksesan kaka dan adek, melainkan melihat kesuksesan Ayah dan Mamah yang telah berhasil membesarkan kaka dan adek dengan baik.

Terima kasih, telah menjadi orang tua, teman, dan guru yang begitu sempurna.

Salam sayang,
Kaka.








You May Also Like

0 comments