Get A Life

by - Oktober 20, 2016


Hampir dua bulan lalu, gue memutuskan untuk meng-uninstall Path di hape gue. Aplikasi yang selama beberapa tahun terakhir, jadi salah satu aplikasi yang paling sering gue buka tiap kali gue memegang hape. Yang ikonnya sampe gue taro di home screen, biar gampang nyarinya. Yang tiap hari pasti gue scroll, walaupun nggak lagi meng-update apapun. Yang bikin gue tau segala jenis update-an temen-temen gue, mereka lagi ngapain, mereka lagi di mana, mereka habis nonton film apa, mereka lagi dengerin lagu apa. Yang bikin gue pun *serasa* nggak mau kalah untuk ikutan meng-update segala macem hal dalam hidup gue, dari mulai yang nggak penting sampai yang penting tapi sebenernya nggak perlu juga orang tau.

Sampai akhirnya, suatu ketika gue mikir.... "what the hell I'm doing". Dan gue ngerasa capek dan muak dan 'penuh' sama kehidupan di Path itu. Apa ya, ngerasa terlalu bising dan nggak memberikan gue ruang untuk bernapas dan akhirnya gue memutuskan untuk keluar. Gue pun meng-uninstall aplikasi tersebut dengan pesimisme yang sangat tinggi (HAHAHA), dan yakin kalau gue nggak bakalan tahan lama-lama nggak main Path. Tapi ternyata, dua bulan kemudian....

Hey, it turns out I actually okay and nothing is feel missing. Emang sih gue sangat ketinggalan berita dan gosip-gosip apapun itu. Sampai waktu gue ketemuan sama temen-temen kuliah gue dan mereka ngomongin suatu hal yang gue nggak ngerti, dan salah seorang temen gue bilang, " Itu ada di Path tauuuuu, lo ngilang sih!". And I'm like..... Errrr....

Whaaaa, ternyata segitunya ya sekarang orang dianggap hilang ketika nggak aktif di media sosial. Padahal gue cuma berhenti mainan satu platform loh. Dan gara-gara nggak nge-Path juga, gue malah nyari pelarian ke media sosial lainnya, Instagram. Satu tahun yang lalu, gue nggak sebegininya sama IG. Sekarang, nggak ada seharipun gue nggak buka IG. Dari emang update foto setelah mikir lama, milih-milih yang paling instagram-able, nungguin prime time, deg-degan bakalan dapet likes banyak nggak, trus jadi ngelihat-lihat feeds orang, dari temen sampai yang nggak gue kenal. Trus berakhir dengan penyesalan (yang selalu terjadi, tapi juga selalu gue ulangi).

Gue sering bilang ke diri gue sendiri, "Rim plis deh, get a life kali! Ngapain sih mainan medsos mulu, ngeliatin hidup orang mulu," tapi nyatanya, sekarang justru orang-orang merasa living their life kalau udah udpate sesuatu di media sosial. Ya nggak sih? Coba aja perhatiin postingan lo atau temen-temen lo atau orang-orang yang lo follow. Dari mulai bangun tidur trus selfie berhestek #IWokeUpLikeThis, fotoin makanan sebelum dimakan sampe keburu dingin, fotoin dirinya lagi kerja, lagi sekolah, lagi di jalan, lagi pacaran biar jadi #RelationshipGoals, lagi traveling, lagi ngantuk, lagi kebelet boker, lagi napas. HHHH gue jadi kayak nyinyir.

No, poin gue bukan tentang apa yang di-update yah, nggak ada masalah dan nggak ada salahnya dengan itu semua, pun gue melakukannya. Yang mau gue bold adalah: kita justru merasa hidup ketika hidup kita terekspos di sana. Kalau lagi ke mana, ngapain, dll trus belum update, pasti kerasa ada yang kurang. Ngerasa nggak lengkap. Ngerasa gatel pengen nge-share. Ngerasa harus punya sesuatu yang bagus buat dilihat orang-orang. Ngerasa minder sama kehidupan orang lain yang kayaknya indah dan keren dan enak banget. Ngerasa ngiri karena feed sebelah estetik abis, nggak kayak kita yang likes nya cuma belasan aja. Ngerasa kurang mulu. Ngerasa nggak puas. Akhirnya mumet sendiri.

Akhirnya apapun yang di-update, kita jadi mikir bukan buat kita sendiri, tapi buat dilihat orang. Buat diperhatiin. And I find that (this is to myself for doing that too), it's so pathetic.

Trus beberapa hari ini, I'm at the point of seriously considering deleting all of my social media accounts. Pengeeeen, tapi udah yakin duluan kalau gue nggak akan bisa. Dan nggak yakin juga apakah emang perlu. HAHAHA, labil abis. Kata seseorang, "dasar life quarter crisis!". Wqqq. Gue nggak ngerti yaa is it normal or not, mumetin hal yang (mungkin) nggak penting kayak gini. Huaaa. Trus jadi penasaran, dulu kok kita bisa ya pas belum ada gini-ginian? Dulu kita ngapain aja ya kalau lagi bosen?

Mungkin emang nggak bisa berhenti main media sosial, dan mungkin nggak perlu berhenti juga. Tapi mungkin mau coba ngebatasin ah, mulai sekarang. Dan ngejadiin aplikasi-aplikasi itu sebagai hiburan aja, bukan suatu kebutuhan. Pun kalaupun justru ngerasa makin sepi dan ngerasa jadi 'outcast' or being 'left out' dari kehidupan dunia maya, I'll make sure that hey, I'm still living my real-life here, the messy days, the ups and downs, the dull, and the unphotogenic moments that could ruin your feeds. And whether you know or not, you care or not, either way it's fine. :)



Ps. Gue punya satu temen yang nggak pernah kelihatan sama sekali di internet. Nggak punya Path, nggak punya IG, nggak mainan Twitter lagi, nggak ngecek Fesbuk, bahkan nggak pernah pasang DP di BBM/Line, nggak pernah nongol di group chat, tapi pas ketemu, ternyata dia masih baik-baik aja. Dan hey, malah jadi kangen-kangenan beneran, banyak cerita, dan pengen tau banget selama ini gimana kabarnya! :D

Ps 2. And she's particularly one of the persons that make me want to quit this internet life. :)

Ps 3. KAYAKNYA BENERAN LAGI FASE LABIL BANGET DEEEH HAHAHA

Ps 4. I'm not even 23 can you believe that???!! yet I feel so old and tired of these thinking and feeling. Oh my old soul :'''))

You May Also Like

0 comments