“Kenapa ya, kita bisa berubah gara-gara orang lain? Apalagi
orang yang deket gitu.”
“Ih iya bangeeeeettt! Gilak ya, gara-gara dia suka sama Zayn
Malik, gue sampe dengerin tuh lagunya berulang-ulang kali. Apa yang dia suka,
gue harus suka juga. Apa yang menurut dia bagus, gue juga harus ngerasa bagus.
Waktu itu gue lagi beli parfum sama dia, trus ada nih parfum yang wanginya gue suka banget, gue tanya ke dia. Dia bilang, dia lebih suka parfum yang satunya
lagi. Akhirnya, gue beli parfum yang kata dia suka itu.”
“Hahahahahahahahahaha apaan sih!”
“Iiiih sialan malah ketawa!”
“Hahahahaha... Kayak, mau nge-impress dia gitu ya?”
“Iya! Biar nyambung! Biar nggak kalah sama cewek-cewek
hipster lainnya yang ada di deket dia juga.”
“Hahahahahaha. Trus, akhirnya gimana?”
“Akhirnya pas dia ilang, gue ngerasa ikutan ilang juga.
Kayak, dia udah jadi separuhnya gue gituuuuu.”
“APAAN SIH LEBAY AMAT HAHAHAHAHA”
“Emang lo enggak, Rim? Lo juga kan? Iya kaaaaaaaan?”
“Hahahahahahahayajugasihahahahaha”
Seringkali kita emang gitu ya. Berusaha mendekatkan diri,
dengan mencari kemungkinan-kemungkinan yang sama dengan orang lain. Kalau
dirasa susah atau bahkan nggak ada, pada akhirnya kita menciptakan
persamaan-persamaannya sendiri. Boleh nggak? Salah nggak? Ya boleh-boleh aja
dan nggak ada salahnya sih.
Kan jadi enak juga, kalau bisa tau referensi-referensi yang
baru dan bagus. Yang mungkin ternyata akan ngebawa kita sama hal-hal baru yang
akan kita sukai juga. Yang bakalan bikin pengetahuan kita makin luas, dan makin
banyak kesenangan yang akan didapat. Yang dari situ juga bisa ngebantu lebih
mendekatkan kita sama si orang tersebut. Yang mungkin, kayak apa yang temen
saya bilang, bisa ngebantu bersaing sama orang-orang lainnya yang udah duluan
satu frekuensi sama dia. Hahahahaha.
Yang disayangkan adalah, kalau kita jadi berubah *untuk*
dia. Bukan karena kita emang pengen berkembang, tapi justru memaksakan diri.
Padahal nggak suka Zayn Malik, tapi terpaksa dengerin dan dihafal-hafalin
lagunya biar bisa nyanyi bareng. Padahal lebih suka minyak telon daripada
parfum Victoria Secret, tapi maksain beli karena dia bilang suka wanginya.
Padahal nggak ngerti art sama sekali kayak Milly, tapi diusahain
sekeras-kerasnya nyari tau sampe ngalahin seriusnya belajar waktu SNMPTN.
Dan yang lebih menyedihkan dari berubah *untuk* orang lain, is loving the idea of being with that person, instead of actually falling in love with her/him, and let her/him fall in love with you, too. Maksudnya, sering kali kita tuh nggak mengenali hati kita sendiri. Karena kita tertarik sama orang, atau ada orang yang tertarik sama kita, maka secara sadar atau nggak, kita udah terpatri untuk "Oh, I have to be with her/him."
Dan untuk itu, kita jadi ngelakuin berbagai macam cara, salah satunya adalah berusaha berubah sesuai sama *apa yang kelihatannya* menjadi ideal type nya atau kesukaannya si orang tersebut. We were happy, in disguise, for we used to try to please that person. While unconsciously, we slowly turned into someone else.
Dan yang lebih menyedihkan dari berubah *untuk* orang lain, is loving the idea of being with that person, instead of actually falling in love with her/him, and let her/him fall in love with you, too. Maksudnya, sering kali kita tuh nggak mengenali hati kita sendiri. Karena kita tertarik sama orang, atau ada orang yang tertarik sama kita, maka secara sadar atau nggak, kita udah terpatri untuk "Oh, I have to be with her/him."
Dan untuk itu, kita jadi ngelakuin berbagai macam cara, salah satunya adalah berusaha berubah sesuai sama *apa yang kelihatannya* menjadi ideal type nya atau kesukaannya si orang tersebut. We were happy, in disguise, for we used to try to please that person. While unconsciously, we slowly turned into someone else.
Gitu, yang pada akhirnya, saking sibuknya kita berusaha
menciptakan persamaan-persamaan itu, kita jadi kehilangan. Kehilangan diri kita
sendiri. Makanya, banyak kan yang kalau habis pisah, bukan cuma ngerasa patah hati, tapi
lebih dari itu. Kita kehilangan potongan-potongan puzzle yang tadinya udah –dengan
sesuainya- menyusun diri kita.
“Padahal mungkin awalnya dia bisa deket sama lo, karena
ngeliat lo yang emang..... diri lo sendiri lho. Ngerti nggak?”
“Iya sih Riiiiiiiimmmm.”
“Heeuh, kadang padahal sebenernya kita nggak perlu
nge-impress siapa-siapa. Nggak perlu harus sok-sok berubah buat orang. Padahal
mungkin lo yang asik sama dunia lo sendiri, lo yang beda dari yang lain, lo
yang kayaknya bahagia dan semangat dan punya prinsip tuh yang bikin dia
tertarik. Trus pas lo justru berusaha buat jadi sama, ya lo bukan jadi diri lo sendiri lagi.”
“.....”
“Trus pas akhirnya balik sendirian, jadi repot deh buat self
discovery lagi. Hahahahaha.”
“IYA! Sampe harus travelling sendirian, sampe harus
nyari-nyari kesibukan ini itu, trus akhirnya nemuin ‘diri kita yang sebenernya’
lagi. Ya kan Rim? Kayak lagunya Taylor Swift yang ‘Out of the Woods’ tuh. “She
lost him, but she find herself"."
“Heeuh. Tapi Taylor Swift juga berubah tuh. Jadi cewek typical
yang dulu dia omongin sendiri di lagu ‘You Belong With Me’. Hahahaha”
"Iya juga ya. Auk ah, pusing gue."
Yaudah, nge-Taylor Swift ajalah :))