Tiga Percakapan

by - Mei 14, 2016



Walaupun hari ini belum Hari Minggu, tapi dari awal minggu ini saya lagi ngalamin dan ngerasain hal-hal yang abstrak. Saya nyebutnya depresi musiman. Hahahaha. Walaupun bukan depresi beneran, tapi depresi random ini emang sering kali datang kalau lagi musimnya. Biasanya sih kalau habis patah hati, tapi nggak tau deh ini kenapa ngerasain lagi. Padahal pacar aja nggak punya :') *lah curhat*. Pokoknya kalau nggak gara-gara patah hati, berarti suntuk sama daily routine yang nggak bikin saya meledak-ledak ngerjainnya, atau... butuh teman bicara. Bukan sekedar ngobrol yang artificial, tapi a deep, intense conversation.

Anyway tiap lagi depresi musiman, saya yang emang pada dasarnya random, bisa menjadi jauh lebih random sampe-sampe depresi sendiri saking nggak ngertinya. This rollercoaster of emotions is so overwhelming, and exhausting. Dan yang lebih bikin bingung adalah, saya nggak ngerti harus ngapain.

Misalnya, dulu, saya pernah jalan kaki dari asrama ngelilingin kampus malam-malam, sambil dengerin lagu dari earphone. Pernah juga impulsif berangkat sendirian dari Dramaga ke kota, cuma buat makan di angkringan sendirian. Pernah langsung nyari kesibukan absurd sampe ikutan timses politik, dan masiiiih banyak lagi,

Dan beberapa hari belakangan saya lagi membutuhkan itu. Udah capek ngobrol dan ketawa sama temen-temen kantor, udah ngulik-ngulik Anime, udah saking apa yah gemesnya saya nggak ngerti mau apa dan gimana, beberapa saat setelah nyampe kantor, saya tiba-tiba aja jalan ke Blok M. Trus memutuskan untuk nonton bioksop, jam 11 pagi. Sendiri. Iya, begitulah. Hahahaha.

Habis nonton, malah makin pusing. Malah makin 'penuh', pikiran dan hatinya. Tapi setelah itu, saya langsung mendapatkan re-charge energy sebanyak tiga kali.


---


Pertama, waktu makan di Sate Apjay bareng Koh Johan, MD baru di kantor. Jadi ceritanya, sehabis nonton saya laper. Dan pas lagi makan, tiba-tiba ada Koh Johan yang juga mau makan di situ, dan akhirnya duduk bareng sambil ngobrol-ngobrol.

Selama beberapa jam kami ngobrol banyak banget, dari ngomongin Donald Trump, presiden barunya Filipina, orang indigo yang punya kemampuan khusus, seleb homo, sampe ngomongin masalah sosial. Saya lupa lagi ngebahas apa, tapi saya kepikiran perkataan teman yang bilang, "Berbuat baik kan nggak ada ruginya," dan saya sampaikan itu ke Koh Johan. Kemudian dia bilang, "Gini Rim, gue mau ceritain suatu kasus yang nyata terjadi...."

"Ini kisah nyata lho ya. Ada satu cewek muda, yang emang baik sekali. Ramah sama semua orang. Nggak mandang apapun. Di lingkungan rumahnya, semua yang ketemu dia pasti disapa dan diajak ngobrol. Begitu juga ke seorang tetangganya, cowok. Cowok ini ekonominya beda sama si cewek, si cewek lebih beruntung, tapi dia nggak memperlakukannya dengan beda. Karena sikap baiknya itu, ternyata si cowok beranggapan beda. Dia kira, cewek itu punya perasaan sama dia. Akhirnya ditembaklah si cewek. Nah, ceweknya kaget dong. Lha orang dia cuma berusaha bersikap baik aja."

"Trus, trus, gimana Koh?"

"Lo tau akhirnya gimana? Si cewek meninggal. Dibunuh sama cowok itu, setelah dia ditolak dan merasa sakit hati."

"HAH??? Eerrrr,,,,,,," Trus saya diam bentar karena shock. KOK BISA GITU SIH!

"Itulah Rim, kenapa gue bilang gini lho, lo berbuat baik it's okay. Memang udah kewajiban kita. Tapi lo juga harus bisa mikirin, gimana kalau lo ada di posisi orang lain, orang yang nerima itu. Karena lo nggak bisa ngarepin orang semua sama. Apalagi jaman sekarang."

Lalu pembicaraan kami berlanjut dengan membahas topik-topik lainnya. Dan meninggalkan sepotong percakapan ini membekas di pikiran saya.


---


Kedua, besoknya, setelah pulang kerja, saya menunggu seorang teman yang juga katanya pengin cerita. Saking "mendesak"nya, dia rela datang dari Gondangdia ke Panglima Polim. Hahahaha. Yah, topik yang dibicarain masih seputar asmara. Tapi dari ngomongin soal cowok, saya dan dia yang tipe nya mirip ini jadi ngebahas banyak hal.

"Gue pengen deh, terkadang ada di posisi orang yang nggak peduliin perasaan orang lain. Yang nggak terlalu mikirin orang lain, Segalak-galaknya orang ngeliat gue, secuek-cueknya gue sama orang, sebenernya gue nggak enakan gitu. Trus kepikiran teruuuus!" kata dia.

Saya cuma bisa senyum dan jawab, "Capek ya, punya pikiran yang nggak pernah berenti mikir. Tapi mikirinnya hal-hal yang seharusnya nggak usah dipikirin."

"Iya! Gue pernah mikir, gimana caranya gue berenti mikir, tapi pada akhirnya gue mikir juga."

"Hahahaha."

Dari yang tadinya rencana cuma sebentar sambil makan Mie Kari, nggak terasa sampai berjam-jam lamanya. Dari ketawa, bengong, ngangguk-ngangguk, sampe tiba-tiba obrolannya makin serius dan mulailah mengalir cerita-cerita yang tadinya cuma bisa dipendem di dalam hati masing-masing aja. Lalu temen saya itu nangis, saya jadi ikutan nangis. Trus nangis berdua, di tempat Mie Kari, dan diiringin sama musik jedag-jedug dan diliatin abang-abangnya. Hahahahahaahaha. Setelahnya, kami jadi awkward dan malu sendiri. Tapi saya tau, pembicaraan ini meng-upgrade pertemanan saya sama dia.


---


Dan ketiga, sesampainya di rumah, saya melanjutkan perbincangan dengan teman lain mengenai MBTI. MBTI ini teori psikologi tentang penggolongan sifat dan kepribadian manusia, dan lagi menarik banget buat saya. Dari ngomongin MBTI, sampe ngomongin tentang postingan saya yang saya tulis setelah nonton AADC 2.

Dia: "Tulisan lo semacem nyadarin kalau gw perlu ngeliat diri gw dari jarak yang lebih jauh sedikit, untuk memastikan apakah gw berkutat dengan sesuatu yang tepat."

Saya: "Jarak tuh emang perlu sih. Yang penting jangan cuma diamatin, tapi juga dirasain. Lo ngerasain, atau masih berusaha nginget-nginget rasa yang pernah lo rasain?"

Dia: "Sepasif-pasifnya, menunggu tetep kata kerja yah. Butuh daya, ngabisin tenaga."

Obrolan yang ngawang banget, dan sebenernya kami berdua nggak secara gamblang mengutarakan apa yang lagi diomongin. Hahahahaha. Topik cinta, nunggu, zodiak, MBTI masing-masing, lalu berlanjut ke CEO-CEO muda yang inspiratif mengalir deras dan menutup malam saya. Dengan senyum dan rasa bahagia.


---


Tiga percakapan, dengan tiga orang berbeda yang sedikit-banyak 'menyelamatkan' depresi musiman saya. Lega luar biasa! Kenapa? Karena dari obrolan-obrolan itu, banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapet. Banyak nilai-nilai yang akhirnya bisa saya lempar ke otak buat diolah jadi pemikiran-pemikiran sotoy, yang biasanya akan saya gunain kalau lagi sok ngasih saran dan nasehatin orang, atau saya tulis di sini, dan pastinya juga saya telan sendiri biar kenyang juga. Otak saya itu kemaren ibarat lambung yang harus terus ngolah makanan, tapi nggak ada asupan. Akhirnya cuma bisa ngolah gas yang bikin sakit maag.

Sebagai seorang ENFP (yang lagi getol-getolnya baca-bacain artikel tentang ENFP demi mendapatkan pencerahan pembenaran atas ke-campur-adukan dan keribetan pikiran dan perasaan saya), ketika saya nggak bisa menyalurkan gairah dan excitement saya terhadap sebuah medium, maka yang akan saya rasakan adalah langsung kebalikan dari rasa excited itu sendiri, yaitu depression.

Saya susah banget fokus sama rutinitas. Duduk berjam-jam di ruang kerja, dari pagi sampai sore, kemudian besoknya ngelakuin hal yang sama, besoknya gitu lagi, itu bikin.... apa ya, kayak ada yang menggeliat di dalam diri saya minta dilepasin. Nggak tahaaan! Hahahaha. Jelek banget sih, karena kan ya namanya juga hidup ya harus gitu. Ada yang pernah bilang, "life is not only about having fun." Iya, ngerti banget.

Tapi saya tipe orang yang kalau ngerjain sesuatu nggak bisa lama. Nggak bisa dicicil-cicil atau dikerjain secara terus menerus. Jadi, either saya akan kebut di awal, atau saya akan tunda di akhir. Di sela-selanya, saya butuh asupan energi. And I absorb energy from people. Their stories, opinions, emotions, moods, and values. Saya ngebutuhin itu. Makanya, kenapa saya nggak bisa yang sendirian aja gitu, tenang, nggak ribet-ribet, nggak aneh-aneh. Ada kalanya saya akan menyendiri, dan waktu-waktu tersebut sangat sering terjadi kok. But in order to prevent myself from dive so deep into this complex thoughts and a lot of big feelings, I need to laugh about random and unimportant things, I need to hear stories and give mine, I need to have a deep talk, with people.

"ENFPs are passion-driven 'ideas' people. They gain energy from interacting with the world around them, and become quickly excited over new possibilities. Though ENFPs loves being around people, they crave alone time much more than the average extrovert. ENFPs search for a deeper meaning in just about everything, and use their much-coveted alone time to decide how their experiences fit in with their system of core values. To be frank, it's an exhausting personality to have." -Heidi Priebe.


Begitulah, Ribet dan nyusahin banget ya? Hehehehe, saya juga bingung. :p


You May Also Like

0 comments