Cerita Tentang Sepasang Kaos Kaki Hitam

by - Maret 25, 2014



gue baca salah satu thread di Kaskus. Judulnya: Sepasang Kaos Kaki Hitam. Awalnya gue kira semacam apa gitu ya, sekedar prosa atau cerpen. Pas gue buka disini, ternyata itu cerita nya cukup panjang, sampai 115 part. Karena males ngebukain satu-satu di tab baru, gue pun nyari e-booknya. Setelah googling, dapet juga link downloadnya disini.

Akhirnya gue mulai baca, dan larut dalam ceritanya. It based on true story, penulisnya Ariandi Ginting. Semakin gue nyelamin, semakin gue ngerasain banyak banget pesan dan arti kehidupan yang selama ini sering alamin sehari-hari, tapi kadang nggak kita sadarin. Tentang beratnya beban hidup masing-masing orang, tentang gimana rasa sakitnya ditinggalkan sama orang yang kita sayangin, tentang perjuangan ngeraih cita-cita,............. dan tentang arti dari sebuah cinta.

Gue pengen banget spoiler sebenernya, hehehe. Tapi lebih baik dibaca sendiri. And maybe I am too sentimental, but that story is truly heartbreaking. Ada beberapa part yang gue suka banget. Here it goes.....

"gini deh Meva sayaang......" gw ambil pion yg sejak tadi dipandanginya. "pion ini, memang nggak ada artinya saat ini." gw letakkan di salah satu petak. "tapi kalo pion ini bisa ngelewati semua ujian untuk bisa sampai di petak terakhir..." gw letakkan dia di petak paling sudut di daerah pertahanan gw. "pion nggak berharga ini bisa bermetamorfosa jadi benteng, kuda atau bahkan jadi menteri." dan gw mengganti pion itu dengan menteri. meva masih diam. "sama kayak hidup kita," lanjut gw lagi. "kalo kita bisa bertahan dan ngelewatin semua ujian dalam hidup, suatu saat nanti kita bisa jadi yg lebih hebat dari mereka yg selalu merendahkan kita. kita bisa jadi sesuatu yg berarti buat mereka juga, Va. lo harus tau itu...."

"Menurut gw," kata Meva lagi sementara gw tetap jadi pendengar yg baik. "Cita-cita adalah impian yg bertanggal. Gw tinggal nyusun urutan langkah buat mencapai tanggal itu. Jadi, semakin gw menunda, semakin tanggal itu terdorong menjauh. Dan semakin gw malas, semakin cita-cita itu jadi nggak berarti. Gw nggak mau itu terjadi sama gw. Gw akan buktikan gw bisa ngejer deadline cita-cita yg udah gw tentuin sendiri."

Dan yang paling nge-nyesssh adalah epilognya:

Mungkin sekarang kita tidak sedang mencoba menyesali dan berandai-andai menciptakan dunia kita sendiri. Karena dunia yg Tuhan ciptakan buat kita sudah mencukupi segalanya. Apa yg sudah Ia gariskan, yakini itu indah. Dia tidak kusut dan lusuh, dia hanya sedang dalam proses menuju sebuah gambar yg cantik. Kenangan adalah cara Tuhan menyampaikan kepada kita bahwa ada senja yg tidak habis ditelan malam. Jika kita mau menyimpannya jauh sampai ke akar terdalam hati, dia akan tetap ada di sana. Itulah dia, yg tidak akan habis dalam hitungan hari, bulan, bahkan tahun. Jika kita mau menyimpannya...

"aku tau kamu sayang aku, kamu pun tau aku sayang kamu. Kita nggak pernah berhenti buat saling menyayangi. selamanya. Kita cuma berhenti nunjukkin sayang itu dalam bentuk nyata. Kita ganti dengan bait-bait doa, dan mungkin dalam sujud panjangmu, ada nama aku terselip di dalamnya. terimakasih buat tahun-tahun tak terlupakan kita. Terimakasih buat filosofi pion catur."

Rasanya baca cerita yang kayak gitu tuh bikin hati berkecamuk nggak sih?

That's how I feel. Gue sampai ngerasa seseeeeeekkk banget.

(tears still run down my face....)

Nggak tau mesti gimana sekarang, selain terus percaya bahwa everything that needs to happen, will happen, in the time that it takes to happen, the way it was meant to happen. But for now, I really need to put my mind on where it should've been and disregard the rest of the unnecessaries.
*sigh*

You May Also Like

0 comments