Kenapa saya akhirnya memilih untuk ikut turun tangan?

by - Maret 03, 2014

Bismillahirrahmanirrahim.


Saya sudah mengetahui sepak terjang Bapak Anies Baswedan sejak tahun 2011 melalui akun @aniesbaswedan, dimana Beliau merupakan penggagas program Indonesia Mengajar. Dari situ, saya menilai bahwa Pak Anies merupakan seorang pendidik yang begitu baik. Seorang pendidik yang mempunyai mimpi besar untuk mencerdaskan bangsa Indonesia, sampai kepada seluruh penjuru negeri ini. Saya lalu mulai mengagumi sosok Anies Baswedan. Bayangkan saja, siapa yang mampu menggerakkan puluhan ribu anak muda Indonesia, yang cerdas dan memiliki kesempatan untuk bermasa depan cemerlang, namun memilih mengabdikan satu tahunnya hidup di pelosok negeri, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada adik-adik kita, saudara-saudara kita yang bahkan eksistensinya tidak pernah dipedulikan pemerintah kita sendiri?


Suatu hari, beberapa bulan yang lalu, saya melihat di linimasa bahwa Pak Anies memutuskan untuk ikut dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat. Seperti teman-teman lainnya, reaksi saya yang pertama kali keluar adalah: kenapa harus Demokrat? Dengan pandangan skeptis saya terhadap partai tersebut, saya tidak mau seseorang yang bersih dan bermartabat seperti Pak Anies ikut ternodai oleh panggung politik yang kotor. Namun setelah Pak Anies menyampaikan gagasan dan penjelasan Beliau, didukung oleh pandangan dari berbagai pihak seperti Bang Pandji dan Edward Suhadi (bisa dibaca di blog nya), saya pun mulai memahami keputusan Pak Anies.


Dan saat itu juga, saya memutuskan, bahwa SAYA HARUS MENDUKUNG SEORANG ANIES BASWEDAN.

Saat sebuah gerakan relawan @turuntangan dicetuskan, saya langsung mendaftarkan diri untuk ikut bergabung. Sejak saat itu, saya aktif menyebarkan berita-berita tentang Pak Anies di segala media sosial. Namun, peran saya hanya sebatas itu. Rasanya, saya belum 100% turun tangan di gerakan ini. Saya masih terlalu malas dan mungkin, canggung, untuk mulai ikut berbagai kegiatan yang diadakan oleh para relawan.

Tapi hari ini, Minggu 2 Maret 2014, benar-benar sebuah hari yang dapat saya katakan, menggetarkan seluruh pikiran dan hati saya.

Saya datang menghadiri debat konvensi di Bogor dengan sebuah rasa ingin tahu yang sangat besar. Bagaimana sesungguhnya Pak Anies dan relawan turuntangan. Dan dari kurang lebih 10 jam yang saya habiskan berada ditengah-tengah para relawan, sungguh merupakan sebuah pengalaman yang tidak bisa terbayarkan oleh apapun.


Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana orang-orang hebat, dari Aceh sampai Papua, anak kecil sampai yang sudah tua, semua berkumpul bersama seorang Anies Baswedan menyuarakan pesan-pesan dan harapan untuk bangsa. 

Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana orang-orang hebat, saling bahu membahu untuk membantu seorang Anies Baswedan demi sebuah mimpi mewujudkan Indonesia yang maju.

Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagimana orang-orang hebat, berdiri disana, tanpa diminta dan tanpa dipaksa, untuk mendukung seorang Anies Baswedan demi sebuah perjuangan. Bukan karena bayaran, bukan karena iming-iming banyak hal.

Dan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana seorang Anies Baswedan mampu mempersatukan kami, yang saling berbeda usia, pekerjaan, golongan, suku dan daerah, namun pada akhirnya menjadi satu, menggulung lengan baju, ikut turun tangan membawa sebuah perubahan besar untuk negeri ini.


Karena seorang pemimpin yang saya impikan bukan hanya yang tinggal duduk santai memerintahkan ini dan itu, namun yang mau turun tangan membereskan secara langsung permasalahan yang membelenggu.

Saya memang buta soal politik. Tapi saya tidak buta untuk mendukung orang baik yang harus masuk ke politik.

Saya memang hanya seorang anak muda. Tapi dengan itu saya mampu untuk melakukan banyak hal dimasa depan.

Tadinya, saya seperti teman-teman. Saking muaknya dengan panggung politik, saya bahkan tidak peduli lagi siapa yang akan duduk disana, disinggasana tertinggi yang katanya hasil pilihan rakyat.
Tadinya, saya seperti teman-teman. Saking lelahnya dengan seluruh permasalahan di negeri ini, saya bahkan hanya bisa mengeluh, mencibir dan memaki, biar negeri ini sekalian sekarat.


Namun seorang Anies Baswedan mampu menyadarkan saya, bahwa lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.

Hari ini, saya menyaksikan langsung bagaimana setiap kata demi kata yang disampaikan oleh seorang Anies Baswedan mampu menggetarkan siapapun yang mendengarkannya, bahkan hingga menitikkan air mata. Bukan lewat orasi yang berapi-api, atau penjelasan-penjelasan panjang yang begitu bercabang, namun lewat sebuah harapan dan cita-cita mulia, yang sangat, sangat sederhana.

Melunasi janji kemerdekaan.


Maka hari ini, saya mempunyai sebuah cita-cita baru. Bahwa, saya ingin lebih banyak lagi orang-orang yang ikut turun tangan. Karena untuk mampu memajukan bangsa yang besar ini, tidak cukup hanya dengan satu Anies Baswedan. Negeri ini milik kita, dan akan kita wariskan kepada anak cucu kita nantinya. Oleh karena itu, saya ingin lebih banyak lagi teman-teman saya meninggalkan kursi nyamannya, untuk mulai bergerak bersama. Karena kita yang muda yang akan memimpin masa depan.


Saya memulainya dengan percaya. Percaya bahwa kita akan membawa sebuah perubahan besar. Bahwa seluruh orang disana akan melihat, rakyat Indonesia tidak butuh pemimpin yang setiap hari wara wiri di tivi bahkan sampai punya acara sendiri, bahwa rakyat Indonesia tidak butuh pemimpin yang sibuk ikut 'nyempil' tampil di setiap konser demi sebuah citra yang spektakuler, bahwa rakyat Indonesia tidak butuh pemimpin yang hanya bisa membayar seratus ribu rupiah per orang demi mendapatkan suara dan dukungan.


Indonesia membutuhkan pemimpin yang dicintai rakyatnya.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang dipercaya oleh rakyatnya.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang dapat dicontoh oleh rakyatnya.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakan rakyatnya, untuk bersama-sama, turun tangan membangun dan mensejahterakan seluruh bangsa.

Dan seorang Anies Baswedan mampu melakukan semua itu.

Pejuang bukan? Hadapi!

You May Also Like

0 comments