Hilang Dalam Ruang
Di semua sudut jalan sejauh pandang, ku lihat hanyalah remang. Tak
ada warna yang menyilaukan, riuh orang dan kendaraan yang memekakkan
pendengaran, pun tak ku jumpai burung-burung berani berterbangan. Dimana
aku sekarang?
Ku buka catatan demi catatan dalam pikiran. Tenggelam jauh menuju
dasar kehampaan tak berujung dan tak berakar. Berjalan masuk, sedikit
berlari, sampai aku menemukan sebuah keramaian. Apa ini? Seperti ada
pasar dalam perasaan, ku terjebak dalam kerumunan emosi tak
tertafsirkan.
Terdorong kesana kemari oleh riuh macam rasa tak tergambarkan. Ku
perhatikan raut-raut wajah sang pembuat kebisingan, tapi tak satupun ku
kenal; Siapa kalian? Tanyaku heran. Perasaan dalam jiwa, kata mereka
sembari tertawa.
Gelap, pengap, aku merasa sesak. Satu persatu mereka mulai
merengkuhku dengan nafsu; Mengikat dan membelenggu, aku terkukung dalam
semu. Berteriak dan memberontak, ku lepaskan diri dengan susah payah
sampai berdarah.
Kemana aku harus pergi sekarang? Ramai rupanya bukan yang
menyenangkan. Lalu ku seret kakiku menuju persimpangan jalan ke sebuah
gang tanpa papan. Ah, disini tak ada orang, mungkin aku bisa
beristirahat sebentar, dan bersandar dengan tenang.
Semilir angin dingin tiba-tiba datang tanpa undangan. Ku rasakan
sensasi menggelitik pada tengkuk leherku yang kurus menjulang; Ini bukan
rasa yang menentramkan, ku tajamkan mata bersiap menyambut apapun yang
datang.
Lama, ku tunggu namun tak ada yang tiba. Ternyata aku salah, buktinya
aku masih sendiri berteman sunyi; Dimana ini? Tanyaku sambil berdiri.
Ini dalam hati, terang sebuah suara tanpa pemilik.
Aku tercekat, suara itu terdengar keras dan datar namun tidak ramah.
Ketakutan, aku memutuskan untuk berbalik dan keluar. Baru beberapa
langkah, didepanku menjulang sebuah tembok yang menghalang. Apa lagi ini
sekarang? Ku coba tendang dengan sekuat tenaga, namun tetap bergeming
dengan jumawa.
Apa maumu? Aku tanya dengan lantang pada suara tak bertuan itu. Tak
ada jawaban, sampai ku dengar sebuah tangisan. Segera kehampaan merasuki
dada, air mataku pecah juga. Aku menyerah, rasa apa ini? Begitu membuat
tersiksa.
Seiring bulir air yang jatuh dari mata, tembok itu perlahan mulai
sirna. Nyaris tanpa tenaga, aku merangkak untuk bangkit keluar dari
tempat yang sangat suram ini. Suara tangis itu belum juga berhenti,
sepertinya ia rindu akan sesuatu. Ah, bukan urusanku, yang penting aku
terbebas dari kurungan itu.
Sejauh ku berjalan, seperti hanya berputar-putar pada satu
persimpangan. Hitam, putih, dan abu-abu, aku merasa berada dalam masa
lalu. Ini tidak asing, seperti jalan yang pernah ku lalui sebelumnya.
Tapi kapan?
Aku mendongak, melihat langit yang tertutupi awan hitam. Ku coba
perhatikan, ternyata itu bukan awan, melainkan aliran-aliran ingatan
yang berterbangan Astaga, bagaimana ini bisa aku rasa? Apa aku gila?
Tengok ku ke sebelah kanan, ada pasar yang ramai dalam perasaan. Aku
tidak ingin kembali kesana, terlalu sesak dan susah bergerak. Ku arahkan
pandangan ke arah sebaliknya, ada sepi sunyi dalam hati. Menari-nari
mengajakku kembali, namun aku tidak ingin sendiri.
Kemana aku harus berpulang?
Aku hilang dalam ruang.
Aku ingin ditemukan.
-tulisan di tumblr. 1,5 tahun yang lalu
0 comments