Celebrating Progress

by - Juli 10, 2016


Judul post ini terinspirasi dari sebuah tulisan Edward Suhadi. Saya tahu beliau, seorang fotografer profesional tersebut semenjak bersama-sama terlibat dalam Gerakan Turun Tangan, beberapa tahun yang lalu.

Kata-kata Mas Edward melintas di benak saya, "looking at the distant dream makes you want to give up, but celebrating progress makes you want to continue the fight." That is a powerful stuff. :)


*
Belum lama, saya curhat panjang lebar kali tinggi ke pacar, tentang ketidakpuasan saya tentang pekerjaan dan karier. Tentang hal-hal besar yang ingin saya capai. Tentang permasalahan-permasalahan kehidupan. Yang rasanya begitu njelimet dan memenuhi pikiran saya, yang tanpa mikirin itu pun sebenarnya udah sangat njelimet.

Saya seakan terjebak dalam dua kontradiksi yang sama-sama memberikan saya tuntutan. Pertama, sebagai anak pertama, ada kebahagiaan, kebanggaan, dan harapan orang tua serta adik saya di pundak. Melihat teman-teman saya yang udah mencapai banyak hal dalam karier, mendengar cerita-cerita bangga dari om dan tante saya tentang sepupu-sepupu saya yang udah naik pangkat dan punya anak buah, saya cuma senyum-senyum setiap mendengar pertanyaan mengenai pekerjaan. Pun dengan orang tua saya. Nggak ada yang salah, memang, dengan apa yang saya lakukan. Yang mengherankan bagi mereka adalah, kenapa saya yang udah disekolahin susah-susah untuk jadi seorang insiyur, kok malah sekarang sibuk ngurusin anak-anak SMA dan nulis-nulis artikel tentang jomblo.

Kedua, sebagai orang yang meyakini -atau memenuhi ego diri- prinsip "follow your passion", saya selalu gembar gembor kalau saya memilih pekerjaan dan karier saya, karena saya senang menjalaninya. Ini emang passion gue, mo apa lohhh? Dan saya merasa, melakukan pekerjaan yang saya sama sekali nggak suka dan nggak bikin saya bergairah, setiap harinya, selama saya hidup, adalah sebuah hal yang mengerikan buat saya.

Tapi belakangan, saya jadi sering mempertanyakan hal kedua tersebut. Saya merasa, saya udah menjalani passion saya. Yang seharusnya katanya bisa bikin saya bahagia. Yang membuat kerja nggak serasa bekerja. Yang setiap harinya meluapkan gairah dan semangat untuk berkarya. Lalu?

Ternyata, kok saya masih merasa kurang. Masih merasa ada sesuatu yang hilang yang belum bisa saya temukan. Masih mencari-cari banyak hal yang saya butuhkan. Masih meraba-raba mengenai masa depan.

Idealisme saya, yang selama ini saya pertahankan, bahwa saya akan melakukan hal yang saya senangi dan saya akan menjadi diri saya yang saya mau, rasanya perlahan runtuh, atau seenggaknya goyang. Saya udah mendapatkan kenyamanan dari apa yang saya lakukan. Tapi kenyamanan itu justru membuat saya takut dan merasa nggak ke mana-mana.

Lalu, dari pergulatan-pergulatan itu saya jadi mikir, apa sebaiknya saya kembali ke root dan asal saya, sebagai anak teknik? Apa saya harus cari kerja sebagai insiyur, duduk manis, kerja yang bener, punya karier yang bagus, kayak temen-temen saya? Atau saya harus melakukan sesuatu yang besar sehingga saya merasa berdaya dan gairah-gairah membuncah dalam diri saya ini bisa tersampaikan dan terpetakan dengan semestinya?

Saya putar otak, mikir, ngerasain, nanya orang lain, minta saran ke sana ke sini, saya masih tetep bingung. Sampai akhirnya saya keinget ini, "celebrating progress".

Rasanya, saya terlalu fokus pada hal-hal yang besar banget. Bahwa saya harus begini, saya harus begitu. Saya harus mencapai ini, saya harus mencapai itu, sampai saya lupa dan nggak menyadari sejauh mana sih saya udah melangkah dari titik awal saya berdiri.

Saya jadi melihat orang-orang aja dan lupa untuk mensyukuri diri sendiri. Dan hal itu bikin saya ngerasa nggak ada apa-apanya, ngerasa nggak puas, ngerasa harus mengejar dan melebihi mereka, ngerasa..... gitu deh. Harus ini, itu, tapi pada akhirnya justru looking down sendiri dan nyerah. Kayak semacam, self-pity heroin.

Mmmm, kayak, we are too busy to look at other people's achievements and sometimes we don't realize that we shrug our shoulder, or sighing with a loud voice say, "kayaknya gue nggak bisa deh sesukses dia", "Ya dia kan emang udah kaya dari sananya", "Emang dari dulu pinter banget sih", "Gue banyak yang harus ditanggung", dll, dll, dll.

Nah, terkadang, kita terlalu nge-push diri kita sendiri, sampai kita lupa buat bersyukur. Nggak ada yang salah dengan punya mimpi yang tinggi. Bahkan buat saya, mimpi itu harus tinggi! Iya, karena kita cuma dikasih Tuhan hidup satu kali, masa nggak mau dimanfaatkan dengan semaksimal yang kita bisa?

Tapiiiii, jangan lupa untuk merayakan langkah demi langkah yang udah berhasil kita jalani. Misal, "Goal gue tuh bisa punya gaji perbulan 35 juta! Masa sekarang masih 3,5 juta aja sih?", Bandingkan dengan, "Goal gue bisa punya gaji 35 juta/bulan. Sekarang udah 10 persennya nih, asiiik tinggal 90 persen lagi!". Beda ya? He euh. Ternyata, what matters most is: selalu tentang cara kita mengucapkan ya. 

Pemilihan kata-kata kita itu bisa berdampak banget ke diri kita sendiri, menimbulkan pesimis atau menaruh optimis. Situasinya sama, tapi yang tersampaikan bisa beda jauh, tergantung cara kita melihat, merasa, dan berbicara.

Dan ketika saya memikirkan tentang "celebrating progress" ini, saya jadi semacam diingatkan kembali, sebenarnya selama ini saya melangkahnya tuh ke mana? Tujuan awal saya apa? Arahnya mau ke mana dan rute yang saya pilih lewat jalur apa. Dari situ, saya mulai merunutkan lagi, apakah track saya masih sama seperti di awal, atau saya mau putar kemudi dan ganti arah tujuan nih, Either saya mau tetep jalan sesuai rencana atau ganti yang baru, nggak ada yang salah. Yang salah ketika keasikan tidur dan jadi nggak tau udah sampai mana dan akan ke mana.

Yes, sometimes we have to stop for a moment and look around. This is all we have, this is what we get, what we have to do now, where we have to go next. And that way, it'll make us grateful, instead of groanful. :)


"Fixing your eyes on the goal may discourage and frustrating, but celebrating progress gives you energy, strength, and persistance to carry on. Looking at the distant dream makes you want to give up, but celebrating progress makes you want to continue the fight. So celebrate progress, and before you know it, you may have hit your goal." -Edward Suhadi.



PS: Jadi, Rima udah tau abis ini mau apa? Mmmmhhhh.... Belum. Mau kamu aja gimana?
~~~~ᕕ( ᐛ )ᕗ

You May Also Like

0 comments