twitter instagram linkedin
  • HOME



Nothing is important, selama kita nggak punya interest sama suatu hal. Tapi premis itu juga bisa jadi kebalikannya. Nothing is UNIMPORTANT, selama kita bisa lebih mengerti dan memahami hal tersebut.


*****


Nggak kerasa, 10 bulan saya berkecimpung di bidang jurnalistik. Walaupun belum bisa dibilang jurnalis-jurnalis banget, tapi saya buanyaaaakkk banget dapet pengalaman dan pelajaran berharga, yang rasanya sayang banget kalau nggak saya tulis disini. (Finally I succeed to beat my laziness huehehe :P)

Jadi kemaren saya baru aja ngeberesin dokumen-dokumen di pc kantor, dan tersadar kalau saya selama ini udah nulis ribuan berita, artikel, dan segala macem tulisan lainnya. 2179 tulisan, to be exact! Itu belum apa-apa buat seorang penulis, mungkin, tapi buat saya yang masih busa-busa sabun ini, it feels UNREAL! Gile, ini blog aja udah tiga taun lebih, isinye kagak nyampe 100 ahahahaha. And for each of my writing, THERE’S A LOT OF THOUSANDS PEOPLE WHO READ IT. I feel so grateful, yet responsible of that.

Tapi intinya bukan itu sih. Intinya sampe sekarang pun, saya masih nggak ngerti apa inti dari tulisan saya. HAHAHA.

Waktu pertama dapet kerjaan di media online ini, orang tua saya, saudara-saudara, dan temen-temen mempertanyakan. Kalaupun saya tiba-tiba nyemplung di dunia yang jauh banget dari latar pendidikan saya, kenapa saya nggak masuk ke media yang udah ketauan gede macem Kompas dan Tempo sekalian. Jawaban saya satu: LAH SIAPA GUE. I mean, saya nggak punya basic apa-apa tentang menulis dan jadi jurnalis, nggak tau seluk beluk media, nggak punya pengalaman jurnalistik apapun sebelumnya, masih bener-bener nol.

Saya sering banget dapet pertanyaan, “Rim, kerjaan lo ngapain sih?”, tiap saya apdet-apdet di medos. IYE, kerjaan saya emang makan gratis, nonton film gratis, dateng ke konser gratis, nyobain barang-barang gratis, dan gratisan-gratisannya. Hakhak. Kalau kata temen kuliah saya, “Si Rima mah kerjaannya enak siah, kayak anak lagi studi tur. Tinggal dateng, nulis resume, kelar.”
He euh, bener banget, KELIHATANNYA emang gitu doang. Ahahahaha :p

Tapi sesungguhnya kawan, dibalik itu semua................................ :”))) :’’)))

There's always a price to everything.


***


10 bulan ini...

Saya belajar banyak banget tentang menulis. Dari ribuan tulisan itu, banyak yang nggak lolos scanning buat di publish sampe kadang-kadang  KZL sendiri. Banyak yang di edit dengan sangat kejam oleh editor saya sampe saya ngenes sendiri, PAK, TADINYA TULISAN SAYA BUKAN MAU NGEBAHAS ITU. Baaaanyak banget pelajarannya. Awalnya saya pikir, ah gampil, tinggal nulis doang. Tapi ternyata, menulis yang baik dan benar itu butuh belajar.

Saya sampe sekarang belum tau gimana caranya bikin tulisan yang bagus, baik, dan benar. Tapi yang saya setiap hari pikirin adalah, gimana caranya, maksud dan tujuan saya, informasi dari saya, opini saya, bisa sampai ke orang yang baca. Gimana caranya, orang bisa baca dan mau tulisan saya dari awal sampai titik terakhir. Gimana caranya, orang bisa tertarik untuk mencari tulisan saya lagi.

10 bulan ini....

Saya belajar banyak banget tentang apa yang terjadi di dunia, setiap harinya, setiap jam nya, bahkan setiap menitnya. Saya udah beberapa kali pindah tugas, dari di dunia anak muda, musik, film, fashion, lifestyle, sampe yang terakhir, saya di rotasi ke desk politik dan internasional. And those.... was. a. super. priceless. and. crazy. experiences!

Khusus di desk terakhir ini, internasional, yang paling pengen saya tulis (KARENA BANYAK BANGET UNEK-UNEKNYA HAHAHA). Awalnya, saya desperate dan nggak terima banget dapet tugas itu. Dari sekian banyak, KENAPA GUEEEHHH. Tau apa gue tentang kabar dunia? Bukan, bukan tau, tapi “peduli” apa gue tentang kabar dunia?

Di hari-hari pertama gabung desk internasional, saya bener-bener nggak ngerti apa-apa. Kayak, just five minutes ago I didn’t know who the heck Malcolm Turnbull is, then five minutes later, I wrote an article about him. (BTW, LO TAU NGGAK SIAPA TURNBULL, TANPA LIAT GOOGLE? BUKAN, BUKAN ABANGNYA PITBULL)

Selama ini gue cuma sekedar tau, di Suriah lagi ada perang. Tanpa gue tau seluk beluknya, kenapa bisa terjadi, gimana perkembangannya sekarang, dll.

Selama ini gue nggak peduli sama ekonomi China, yang gue tau cuma China banyak banget ngeproduksi barang KW. Hahaha. Dsb. Dsb. Dsb.

But you know what, prove this world is so much bigger than we thought it was. Di saat saya nulis ini, ada ribuan pengungsi dan imigran yang lagi desak-desakkan dalam kondisi nggak layak buat nyari suaka aman ke Eropa. Di saat kamu baca ini, Korea Utara lagi ngegali terowongan buat nguji senjata nuklirnya. Di saat kita lagi sibuk ngegalauin mantan dan gaji yang kurang buat seneng-seneng, ada jutaan anak Palestina yang berjuang bertahan hidup di tengah-tengah perang.

Dan 10 bulan ini.....

Saya belajar banyak tentang menjadi seorang pendengar. Saya belajar banyak tentang menjadi seorang penyampai pesan.

Namanya jadi reporter, kita harus mau dan siap disuruh buat ngeliput apa aja, bukan cuma numpang nonton film yang saya suka, bukan cuma dapet tiket konser gratisan buat dipamerin ke sosial media. Jauh, lebih dari itu. Nggak jarang saya ngantuk-ngantuk, bosen, sampai desek-desekan di acara konferensi pers, seminar, ngejar-ngejar narasumber, dll-dll.

Tapi gimanapun saya nggak tertarik, dan nggak ngerti, dan ngerasa nggak penting-nya suatu acara itu, saya belajar buat melihat nggak cuma diri saya aja. Buat orang-orang, perusahaan, lembaga, band-band, artis, dll, di acara itu, that event could be their precious step, their memorable experience, their live-or-die chance.

Dan walaupun saya nggak tertarik, nggak ngerti, nggak ngerasa penting, masih ada orang lain yang mau, atau butuh berita itu. That could be an important news for them. Bahkan walaupun cuma ada satu orang yang tertarik sama sebuah pemberitaan, saya tetep punya tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan.

Menjadi seorang pendengar yang baik, saya pelajari dari setiap wawancara yang saya lakuin. Saya belajar untuk menyimak, memahami, dan merasakan cerita yang disampein sama mereka. Saya percaya, setiap orang butuh didengerin, tanpa perlu untuk dicekokin terlalu banyak pertanyaan ini itu. And that’s why I enjoy the most interviewing people. I didn’t ask much, but I always got a lot of answer and explanations. Saya banyak banget terinspirasi dan termotivasi.

Dari beberapa bulan pekerjaan pertama ini, saya belajar banyak hal yang bahkan nggak saya pelajarin di belasan tahun masa sekolah saya, yaitu: Belajar melihat dunia. Dengan lebih luas.

Nggak ada yang nggak penting, tergantung dari sisi mana kita mau melihatnya, tergantung dari sejelas apa kacamata yang kita gunain, tergantung dari seberapa peduli kita dengan hal tersebut.



Semoga saya, dan kamu semua, bisa lebih banyak belajar, lebih banyak bersyukur, lebih banyak peduli dan berempati, serta lebih banyak memahami bahwa ada hal-hal yang mungkin menurut kita nggak penting, tapi menjadi begitu berarti buat orang lain.


And clearly, we are not the center of the universe.




Beberapa minggu lalu gue pernah nulis di twitter, kalau gue bakalan. bener-bener. nulis tentang #TwentyAgain di blog. And here I am.

Gue cinta banget sama drama Korea. Hakhak. Saking cintanya, gue lebih betah ngejomblo daripada kehabisan drama dan nggak tau mau nonton apah. IYALOH. :’’)) Tapi dari sekian banyak drama yang gue tonton, dari sekian cowok-cowok ganteng yang bikin mata gue melek, dari sekian cerita romantic-comedy favorit yang bikin senyum-senyum geli sendiri, gue nggak pernah niat buat bikin rekap atau review atau apapun lah bahasanya, dalam sebuah post panjang gini.

Ini pertama kalinya, and #TwentyAgain just deserve it. Gue pengen banget nyuruh semua orang nonton drama ini, bahkan yang nggak suka drama sekalipun. Kenapa?  #TwentyAgain is a simple story about a woman and her road to self-discovery an uplifting, emotional journey. As a woman, as a wife, as a mother.

Plus... This movie has.... HIM!!!!



PERFECT KAAAAAN <3


*****


Singkat cerita, pemeran utamanya, Ha No-Ra (38 tahun) ini ibu-ibu yang dulunya nikah muda habis lulus SMA, punya suami namanya Kim Woo-Chul dan anak laki-laki yang baru masuk kuliah, Kim Min-Soo.

No-Ra sama suaminya lagi dalam proses mau cerai. Alasannya? Karena si suami bilang kalau mereka berdua nggak bisa nyambung komunikasi, beda strata, because he is a professor in college, and No-Ra just an uneducated housewife. Nah biar bisa sederajat sama suaminya, si No-Ra ini akhirnya diem-diem ikutan tes masuk kuliah, dan keterima di kampus yang sama bareng anaknya, sekaligus tempat suaminya ngajar.

Di kampus itu juga, dia ketemu sama temen SMA nya dulu, and also her first love, Cha Hyun-Suk yang ternyata juga masih cinta sama No-Ra (iye, bagian ini klise banget emang, tapi nyenengin kaaan hoho), sampe akhirnya tau kalau suaminya, Woo-Cul selingkuh selama tiga tahun sama salah satu profesor di kampus itu, Kim Yi-Jin.




The problems in #TwentyAgain aren't huge or dramatic, it's just a realistic story that centered one person, Ha No-Ra. I love the character developments, from the first episode to the finale. She's growing in me.

Gue ikutan ketawa sama ke-naifan seorang ibu-ibu yang baru ngerasain dunia kuliah, gue ikutan pengen ngejambak suaminya yang sok kegantengan dan sok laku, gue ikutan gemes ngelihat No-Ra yang diem aja tau suaminya selingkuh, gue ikutan nyesek sekaligus keinget nyokap gue sendiri di adegan No-Ra sama anaknya, everything in that story is just well-putted in their own places.

Karena gue juga anaknya drama abis, gue gampang banget kebawa suasana sama film, buku, apapun. And seeing this movie, I learned a lot.


*****


Yang nonton film ini, pasti juga kzlll banget, why is Nora loving a guy like Woo-chul. But Woo-chul became Nora’s entire universe at 18, and she has been living with thim for 20 years. Clearly the idea of divorce terrified her.

But I love after she’s experienced more of the real world, reassessed her life, found friends, and reclaimed a little of her old self, she can see everything crystal clear, understanding things with different perseptions, and eventually... dare to let Woo-Chul go.


Apalagi waktu No-Ra ketemu sama Yi-Jin, selingkuhan suaminya dan bilang.......


COLD. EMOTIONLESS. YASSSSHH YOU GO GIRL!


Gue nangis bombay (IYE LEBAY HAHA) setiap scene No-Ra dan Min-Soo. Hubungan ibu-anak ini yang menurut gue paling riil dan ditemuin sama semua orang. Kita tuh kadang (bahkan sering) take our mom for granted. Karena kita udah kebiasa, selama hidup diurusin sama nyokap, kita jadi nggak ngehargain dan lupa sama jasa-jasa Beliau.



Dan setiap orang tua, nggak ada yang mau ngebebanin anaknya. Karena itu, ada masalah seberat apapun, pasti orang tua berusaha mendem sendirian, sementara kita sibuk sama dunia kita. We left them alone, and lonely. Tapi yang namanya orang tua, akan tetep pengen yang terbaik buat anak-anaknya, akan tetep inget sama anaknya, seberapapun kita lupa sama mereka.



Jadi gue ikutan bahagia ketika dalam film ini, hubungan No-Ra dan anaknya makin lama makin baik, dan jadi erat banget. It’s so heartwarming :”) Sekaligus jadi pengingat buat gue sendiri. When we hit adulthood, we start to see our parents in different view. We become understand how they feel.



She’s now confident enough to choose herself over Woo-chul. And THAT puts the biggest smile on my face. Apalagi pas Woo-Chul nyesel udah nyia-nyiain No-Ra, dan pengen balik lagi (walaupun he’s just so full of himself until I can’t really hate him because he’s sooooo..... stupid XD).



But you know, all relationships grow too familiar and eventually get taken for granted. We just got back to our senses IF we lost them. And if, that relationship breaks down and lost, now gifts or belated efforts or deepest regrets will become... meaningless. It’s all too late.



Dan ketika kita terlalu jauh dan dalam berada dalam satu hubungan, we often lost ourself in it. So there will comes a time, when we need to take it off. When we have to give it a rest, to re-discover ourself. Alone.



And if it necessary, we have to move on too. To see what will wait for us in the future. As cliche as it sounds, but everything will fall into its place, in the perfect time.






******

Pada akhirnya, it’s all happy ending. No-Ra nemuin dunia dan cinta baru sama Hyun-Suk (I APOLOGIZE NOT TALKING MUCH ABOUT THIS GUY BUT THIS MR. DIMPLES IS THE BEST AND THE CUTTEST PARTNER EVER YOU SHOULD WATCH IT YOURSELF).



Min-Soo berusaha nemuin apa cita-citanya, as he’s only 20 years old so he’ll have much times to it. Bahkan nggak tau kenapa gue ikutan seneng si Woo-Chul balik lagi ke selingkuhannya, Yi-Jin. Hakhak. Well, they were together for 3 years so.... let them be. :’) They’re clearly living in a different world than the rest of the cast.




For saying goodbye to this show, is quite hard. I’m too attached to #TwentyAgain. But I shall thank all the cast, the crews, THE WRITER, for giving us such a great great lessons through amazing movie.


We don’t have to go back and fix all the things we regret. The future is not determined by the past.




 We just have to see ourself clearly, and choose exactly what we want to be. Because we just have only one life to live, so forge our own path and grab onto love we see it.




\
My rating for #TwentyAgain: 10/10. I urge everyone to watch it, immediately! Go go!

Until next time, Ha No-Ra and Cha Hyun-Suk. :'')))



Something is missing in your life, isn't it?

This longing feeling (of... I don't even know what is it I'm longing) is coming again, after been a while.
Have you ever been in this kind of situation? I believe we all have.

You know, we're working hard, trying to get ahead, doing everything we possibly can to make our life a little bit better. We're having a good job, we're making time to do what we love to do, we're spending the rest of it with our beloved family and friends. Does it sounds perfect?

Yes, it is. Except for that one stupid thing that keeps tugging at our heart.

I don't really know what it is, but this emptiness feeling is really there, and sometimes it's driving me a little crazy. (...or not, maybe I'm a bit exaggerating :p but it stills disturbing though)

Many of us have different perspective towards that feeling. It's often called unhappiness, fatigue, loneliness, and so on. And how to make it gone, we've been trying many methods.

If it's called loneliness, you tried to fall in love.
If it's called boredom, you tried to go off and do vacations.
If it's called re-discover yourself, you tried to do the things you would never try in a million years.

It's all just to see if those activities can settle the strange, inexplicable emptiness we feel.

But the problem is, when we return, this feeling is till here. Still nagging at us, still comeback to the surface once in a while, just when we thought they're gone.

And we still don't have idea what's exactly missing.

Am I right?

Can anybody tell me the answer?



Mari kita lupakan basa basi “udah lama nggak ngeblog” (karena saya udah nggak tau mau alesan apa lagi hakhak) dan langsung ke pokok pembahasan ajah. Setuju??? SETUJU LAH.

Akhir-akhir ini gue lagi seneng banget dengerin beberapa lagu (yang bisa gue ulang-ulang sampe lebih dari 10x sehari), dan salah satunya adalah lagu ini. Let’s Not Fall In Love - BIGBANG.

I KNOOOOW. Sebelum “yaelah Riiiim korea lagi, korea lagi.” dan lain sebagainya, kita harus dengerin dan nonton dulu video klipnya:





Sambil baca translate lirik Bahasa Inggrisnya:

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you

Don’t ask me anything
I can’t give you an answer
We’re so happy as we are right now

Don’t try to have me
Let’s just stay like this
You’re making it more painful, why?

Goodbyes after our frequent meet-ups
Repetition of broken hearts
I can’t find a purpose in these foolish feelings
A mistake with the mask of love
All the feelings are the same now
But in this moment, I want you to stay

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you

Don’t smile at me
If I get attached to you, I’ll get sad
I’m afraid that pretty smile will turn into tears

Don’t try to trap us
In the word, love
Because it’s a greed that can’t be filled

At first, it was half excitement, half worries
But in the end, it became an obligation, trial and error
Day by day, I get nervous, your innocence is too much pressure on me
But tonight, I want you to stay

Don’t expect too much from me
I don’t wanna lose you either
Before things get too deep, before you get hurt
Don’t trust me

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you

Terlepas dari lagunya yang emang enak, video klipnya yang bikin kzl karena ngiri sama para model-model cewek ituh, dan ke-fanatik-an gue sama BIGBANG, Let’s Not Fall In Love ini punya arti yang dalem dan menarik banget buat dibahas. (INI BUKAN CURHAT YAH. IYAH. BENER.)

Dari cerita-cerita temen-temen gue, gue udah lama pengen bikin post tentang ini. Tapi maleeeesss banget, trus tiba-tiba rilislah lagu LNFIL ini yang bikin gue “ketampar” pas baca liriknya. Aaaah gue harus nulis ini.

Berapa banyak sih dari lo-lo semua yang lagi galau di umur-umur sekarang? Galauin hidup, galauin masa depan, galauin kerjaan, sampe ya ujungnya galauin cinta-cintaan dan hubungan.

Kalau gue perhatiin, pattern umur-umur segini tuh sebagian sama. Habis putus setelah bertahun-tahun pacaran (dari SMA, atau jaman kuliah) karena masuk peralihan ke dunia kerja, trus jomblo, trus pengen punya pacar lagi karena umur udah mulai mengkhawatirkan, tapi terlalu takut buat memulai hubungan yang baru.

Kalaupun berhasil mulai pacaran sama orang baru, biasanya (BIASANYA LOH YA) nggak bertahan lama, dan balik jomblo lagi. Atau yang lagi PDKT dari mulai dicomblangin, nyobain sama temen-temen lama, sampe kenalan lewat Tinder, cuma semangat awal-awal aja, habis itu hilang lagi.

Ada banyak banget faktor kenapa urusan cinta umur sekarang jadi lebih ribet, tapi juga jadi nggak lebih norak dibandingin dulu. Kalau dulu kan, suka, hayuk jadian. Putus, nangis, habis itu cari yang baru lagi. Mungkin sekarang kita jadi lebih berhati-hati, penuh pertimbangan, dan nggak tergesa-gesa buat ngambil keputusan. Kenapa?

Karena kita udah terlalu capek dan bosen buat main-main. Gue nggak tau ya, ini gue doang atau orang lain juga. Tapi sekarang apa sih yang kita cari dari pacaran? Buat nyemangatin kuliah? Buat bantuin ngerjain tugas? Buat ngingetin makan? Enggak kan. Pasti tujuan lo nyari pasangan sekarang lebih dari itu.

Atau bisa jadi karena kita terlalu sering gagal dan jadi pesimis. Kayak lirik LNFIL tadi, “At first, it was half excitement, half worries. But in the end, it became an obligation, trial and error.” Berapa sering sih kita menjalani hubungan, punya mimpi dan cita-cita di masa depan, tapi akhirnya kandas ditengah jalan? Sampe akhirnya jadi mikir, ah buat apa pacaran ntar ujung-ujungnya juga putus lagi.

Atau karena ada prioritas-prioritas lain yang harus kita kerjain. Masuk ke dunia kerja dan bener-bener mengalami pendewasaan bikin mata kita kebuka, bahwa ada banyak banget hal yang harus kita prioritaskan, selain makan-makan bareng pacar dan di upload ke instagram. Gimana caranya lo memulai karir, apa yang lo pengen kerjain buat ke depannya, planning berumah tangga, ngeringanin beban orang tua, nyekolahin adik-adik, dan masih banyak lagi.

Lagu Let’s Not Fall In Love ini kayak summarizing of what keep us wondering, yet so afraid to across another line. That’s why we stand still at this point. Butuh pasangan, tapi juga terlalu takut buat berkomitmen.

Some people said, if you love someone/something, then go for it. Tapi ada juga yang bilang, if it’s true love, then it’s worth to wait. Lo pilih yang mana? Semuanya, balik lagi ke keputusan kita masing-masing. 

But for me, it’s the latter, for now.

Tentu ada resiko-resiko yang harus kita tanggung dalam setiap pilihan. Bisa gagal, bisa berhasil. Bisa menemukan, bisa ditinggalkan. Tapi gue percaya, seklise, “We will get everything we need, eventually, on the perfect time.”

Until then, mari kita sama-sama menguatkan dan menyiapkan diri masing-masing dulu. Kerjain apa yang pengen dikerjain, capai apa yang pengen dicapai, kejar mimpi-mimpi yang pengen dikejar.

“Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain. Find someone complimentary, not supplementary.” -Sabtu Bersama Bapak.



Bonus: engga bisa ‘Let’s Not Fall In Love’ kalo sama BIGBANG, apalagi habis konsernya kemarin. Duh, fall in love banget! Hakhakhak.








Love,




Bulan puasa, selain bertabur berkah, juga bertaburan ajakan-ajakan buka bersama. Mulai dari reunian kuliah, SMA, SMP, SD, organisasi, sampe ajakan "reunian" dari mantan (EH BEDA YAH). Nah disetiap acara reunian itu, pasti ada beberapa orang yang lebih sibuk dibandingin yang lain. Yang riweuh nentuin tempat, yang berisik ngajak-ngajak, dll. Satu kata tujuh huruf: Panitia. Untuk seterusnya kita sebut tipe A.

Disisi lain, ada juga tipe orang yang jadi lebih sibuk dari biasanya. Sibuk menghindar, sibuk nyari alesan buat enggak ikut, or simply sibuk.... menghiraukan. Ini adalah orang-orang tipe B.

Lalu tulisan ini berangkat dari kegundahan seorang temen gue, si tipe A, beberapa waktu lalu. Dia yang berinisiatif bikin acara, ngumpulin beberapa orang buat jadi panitia, ngeluangin waktu untuk ngatur ini itu biar temen-temennya bisa kumpul, tapi nggak ditanggepin. Gue pribadi, juga ngerasain hal yang sama kayak gitu. Terlepas dari kesel ataupun capek, gue lebih banyak mikir, "Ini gue doang yang semangat gini, kenapa yang lain enggak ya?", "Setelah semua-semua yang gue lakuin, sebenernya apa untungnya sih buat gue? Jangankan dibayar, dihargain aja enggak. Padahal gue capek waktu, capek tenaga, capek pikiran." Gue yakin, semua orang Tipe A pasti pernah sampe dititik kayak gitu.

Suatu ketika, gue sempet nanya sama seorang temen gue yang Tipe B. "Menurut lo acara kayak ginian tuh penting apa nggak sih? Kok kayaknya nggak ada minat atau interestnya." Dan dia jawab, "Hmm... Emang enggak penting sih... tapi butuh."

Awalnya gue nggak ngerti. Sampe gue lari ke hutan, lari ke pantai buat nyari jawabannya dan akhirnya gue bikin anabel (analisis gembel) sendiri. Kalo gue nggak semangat ikut acara reunian-reunian,

Bisa jadi...
1. Gue lagi nggak ada duit
2. Gue males ketemu mantan (UHUK). Or some specific people deh pokoknya
3. Gue minder, karena mereka-mereka udah sukses sementara gue masih macam sisa-sisa abu gosok
4. Gue males, soalnya pasti dia lagi dia lagi yang ngatur-ngatur
5. Gue ngerasa nggak punya ikatan atau kenangan yang bagus
6. Gue dateng atau nggak dateng juga nggak ada bedanya
7. Dsb, dsb, dsb.

Akan ada 1000+1 alesan lainnya, yang beda-beda buat setiap orang. Yang semuanya NGGAK SALAH.

Jadi gue cuma bisa menyimpulkan, nggak selamanya si Tipe A akan selalu jadi Tipe A. Dan nggak selamanya Tipe B bakalan pasif kayak Tipe B. Semua tergantung what they feel about others. Bisa jadi si A semangat reunian SMA, tapi super males buat renunian kuliah, gitu juga sebaliknya dengan Tipe B.

Intinya, sama aja kayak perasaan. Kita nggak bisa maksa.

So, reunian itu penting dan butuh apa nggak? Balik lagi ke masing-masing orangnya.

Nah jadiii buat orang-orang Tipe A yang pasti sering upset karena dicuekin temen-temennya, tapi juga nggak bisa berhenti peduli, karena it's their nature,

If you do something that you believe it's a good thing, just do it passionately. But don't ever expect others to do, or act, the same as you do. Because everybodys perspective is different. Because their hearts simply different than yours.

Jadi untuk para panitia bukber dan reunian di luar sana, tetap semangat bung! Akan ada orang yang nanggepin dan nggak nanggepin pastinya. Tapi ketika lo udah selesai menjalankan "tugas" lo itu, lo bakal nemuin kesenangan, kepuasan, dan rasa lega luar biasa ketika ngeliat temen-temen lo bisa kumpul dan ketawa bareng-bareng, sekali lagi.



And that positive energy, is something that keep us going, kan? :D

Selamat berpuasa, selamat menerima ajakan buka bersama!



May 21st, 1963 - May 21st 2015


I can’t write a supercute letter with many inspirational quotes about mother in it, because it’ll be too artificial.


Selamat Ulang Tahun, Mamahku tersayang.


I know, today is never be a special day for you, because age is just a number. And you’ll hate me if I do some surprises or give you a present, so I’ll do nothing.

I won’t give you the flowers. Waktu aku kasih mamah bunga, mamah bilang, “Buat apa gini-ginian?”
I won’t buy a gift. Waktu aku kasih mamah kado, mamah bilang, “Mendingan uangnya aja sini... Buat mamah masak.”
Nor I won’t prepare a special dishes. Waktu aku masakin mamah, mamah bilang, “Ini kurang ini... Ini kurang itu!”, “Harusnya gini..”, “Ih kamu lama banget.” dan berakhir pada, “Udah deh kamu kesana aja mamah yang masak!”

TRUS KAKA HARUS APAH??!! Hahahaha...

But let me do this one, to tell the world how I’m so blessed for having the privilage for calling you: Mamah.

Others always tell that we are so much look alike. I took every little thing of you, even all the bad sides. Keras kepalanya, nggak sabarannya, over sensitifnya, over protektifnya, sok tahunya, suka nggak mau ngalahnya, perfeksionisnya... I hate all those things, tapi sadar nggak sadar, semakin aku dewasa, aku jadi ngerasa semakin mirip Mamah.

And because we’re so much alike, with our personality, we fight often. We crossed many arguments, and you’ll be yelling at me, and I’ll be ignored you, and few minutes later, we’re talking and eating again together like it was nothing.


That’s what I love about our love-hate relationship.


Aku suka curhat, tapi Mamah yang lebih sering curhat, sampe kadang-kadang caaaaapek banget dengerinnya berjam-jam. Hahahaha. I literally can talk to you about everything, dari mulai kegalauan hidup sampe gosip-gosip nggak penting.


Kalau aku bingung mau ngapain, kalau aku sedih, ngerasa susah, nyarinya ya Mamah.



Kalau aku lagi butuh temen ngegosip, ya ke Mamah. Even she probably knows about my campus (and now workplace) news better than any other friends! And what makes me more even proud, she always asks for the updates :,,))



Kalau aku lagi pengen ngocol-ngocolan bercanda, tinggal usilin aja Mamah. We were always got the strange looks in public kalau lagi bercandaan manggil nama dan pake gue-lo dan bahasa-bahasa gaul lainnya.


She feels my emotions very, and too WELL. Mamah yang mana yang anaknya putus, malah doi yang lebih berlebihan nangis dan galaunya? Ha? Mamah macam apa itu! Hahahaha.


She has cool music preferences! Dari The Beatles, MLTR, Adele, sampe Katy Perry, the one thing she dislike is just K-Pop. Hahaha.

AND SHE KNOWS ME BEST EVEN WHEN I DIDN’T DO/SPEAK ANYTHING. Aku bener-bener nggak pernah bisa bohong apapun ke Mamah, karena pasti ujungnya akan ketauan. So its better to tell her first, and she’ll always understand me.


Every mom in this world is perfect. And she’s simply, a perfect person for me.

I always said that I want to be like my mom. A great person, a daughters bestfriend, a hearty wife. She really has a golden heart. I always envy with it. She’s passionate, caring, and loving, but sooooo tough at the same time.

I’m so proud. Mamah dicintai banyak orang, karena Mamah juga mencintai banyak orang. She’s incredibly sincere and open about her heart and opinions. She doesn’t beat around the bush and people loves her for her blunt nature. That’s what I always learned. Bahkan ketika orang lain nggak ngehargain apa yang udah dilakuin, she stands still, and as yet doing the good deeds. Because the kindness never ended in smoke.

She isn’t like Mamah-mamah sosialita yang suka mingle, tapi Mamah setia nungguin anak-anaknya di sekolah dan jadi wali murid biar bisa ikut kalau lagi ada fieldtrip (saking over-protektifnyaahh). Dia rutin ke pengajian bareng temen-temennya, bahkan di umur segitu, Mamah masih bisa nyisihin waktu dan tenaganya buat jadi relawan pengajar anak-anak nggak mampu (I ashamed, gue yang masih muda aja kadang males diajakin).

Mah, udahan ya, bingung mau nulis apa lagi, bingung juga sebenernya ini lagi nulis apa. HAHAHAHA. Kan udah pernah ya Mah, ditulis semua rahasia-rahasianya Mamah disini.

Sekali lagi, selamat ulang tahun ke-52 Mamahku sayang. Semua doa dan harapan Mamah cuma bisa Kaka bantu aamiin-kan. Maaf Kaka belum bisa memberikan kebahagiaan, semoga sedikit-sedikit semua beban Mamah bisa Kaka bantu ringankan.
Jangan sok-sok diet Mah, udahlah mau diliat siapa juga sih umur segini? Hahahaha.
Jangan capek-capek, jangan kelincahan ih kesana kemari terus, nanti perutnya sakit kan?
Jangan nanyain kapan Kaka punya pacar terus juga Mah, mendingan bantuin cariin. OKEH? Hahaha,

After all those days you spent, you should take a moment to relax and think about nothing but yourself. Ayo kita nonton film bagus malem ini sambil curhat-curhatan.
That’s a perfect time for you and me, isn’t it? :D



PS: I love you, beyond this whole world, because you’re the world itself, for me.
Because of this job, dapet akses ngeliput  prescon 2PM hakhak :3


“Duh anaknya sekarang Korea banget ya sist!” salah satu sahabat gue nulis komen itu di Instagram, setelah gue tiba-tiba keranjingan ngaplot foto oppa-oppa yang hensemmmm itu. (Literally ‘Oppa’ in Korean yah HAHA)

Beberapa bulan belakangan ini gue emang lagi seneng banget ‘ngoprek-ngoprek’ dunia per-Koreaan, dari drama sampai K-Popnya. Padahal ya, dulu, beberapa tahun yang lalu, gue inget sering banget komen “IH ADDICTED BANGET SIH SAMA KOREA-KOREAAN. APA BAGUSNYA SIH.” ke temen-temen bahkan sampai adek gue sendiri, yang hobi sama oppa-oppa mereka.

I didn’t hate Korean Entertainment, gue justru hobi banget nontonin dramanya. Dari mulai jaman Full House, ngefans berat sama empat cowok ganteng di Boys Before Flowers, sampe sibuk minta-minta download-an drama-drama korea terkini ke temen-temen gue pas masih kuliah.

Tapi ya cuma sampe segitu aja. “Ih dramanya onyo banget!”, “Ih nemu dimana sih cowok sweet dan ganteng begitu!”. Udah. Gitu doang. Habis si drama selesai, yaudah gue akan pindah ke lain hati ke drama-drama selanjutnya.


Udah nonton 'Kill Me Heal Me' belum? Favorite drama in this year so far! :"D


Gue bahkan sering males sampe kesel kalau udah dengerin adek gue ngomongin K-Pooooooop mulu setiap hari dirumah. Ya si 2PM lah, si Got7 lah, apalah semua nama-nama aneh yang gue nggak ngerti. Tiap dia nyetel lagu-lagunya, gue sampe sering terngiang-ngiang sendiri. SAKING SERINGNYA ITU DIPUTER. Dan bikin kesel kan, kalo kita kengiang-ngiang (bahasa apa inih HAHA) lagu yang bahkan kita nggak ngerti dan nggak suka.

Trus kayaknya gue kualat deh....


Nggak tau ya, sekarang-sekarang ini gue malah jadi LEBIH NORAK daripada adek gue. Buka-buka situs berita Korea, kepo-kepo instagram, download-downloadin lagu-lagunya, sampe semangat banget mau nonton konser mereka di Indonesia. Bahkan sekarang gue punya folder khusus di HP yang isinya foto-foto oppa-oppa ganteng, dan wallpaper HP, desktop laptop, sampe desktop komputer gue dikantor pun FOTO ARTIS KOREA.


YA TUHAN AMPUNI HAMBAAA.

Jadi hiburan gue sekarang kalau habis pulang kantor tuh ya si Korea-korea-thingy ini. Kalo libur juga. Kalo lagi senggang juga.


Kemaren pas 2PM konser di Jakarta, gue niatnya cuma nemenin adek gue yang emang ngefans banget sama mereka, sambil kerja. Eh pas lagi nonton, GUE MALAH LEBIH HEBOH TERIAK-TERIAK. Trus pas tau BIGBANG mau dateng, gue sampe super semangat di kantor minta abang-abang media relation nyariin tiket (gratis). Padahaaaaal sebelum-sebelumnya, manalah ku peduli :''')))







HAH SAYA KENAPAAAAH.

Nyokap gue aja sampe heran dan membuat kesimpulan sendiri kalo anaknya yang paling tua ini udah patah hati banget sama cowok, jadi punya dunia sendiri sama cowok-cowok Korea itu.

The truth is, gue emang sekarang (lagi) sama sekali nggak mikirin cinta-cintaan apalagi buat berada dalam satu hubungan. As a helpess romantic person, biasanya gue nggak ketolong banget suka sama orang. Tapi sekarang ini justru maaaalessss banget. Paan sih. Gak penting. (GHAYAAAAA)

Eh tapi gue nggak kronis-kronis banget ya kekoreaannya. Gue bukan kayak fangirl yang lain, yang sampe fanatik gitu sama idol. Nggak sama sekali. Nggak sampe bikin-bikin fanfiction, atau nangis-nangis kalo si idola punya cewek, atau gimana-gimana. Nggak. Gue cuma penikmat mereka aja, penikmat film dan penikmat musiknya aja. They’re cool and uniqe, though.


Ku suka bangetnya sama Wooyoung aja kok. Beneran.


And for the love matters, sekarang ini gue cuma lebih pengen nikmatin ‘me-time’. Kayaknya kok sekarang bukan waktunya gue untuk mikirin cinta-cintaan.

Berkaca dari pengalaman pribadi (INI BUKAN CURCOL YAH) dan lewat cerita temen-temen, gue akhirnya sampai pada kesimpulan: now it isn’t my time for being in a relationship. Gue lagi sibuk-sibuknya ngurusin diri gue sendiri, sampe gue kayaknya nggak sanggup kalo harus ngurusin orang lain juga.

I don’t want to do ‘Kamu lagi apa? Udah makan belum? Udah minum belum? Udah tidur belum? Awas loh nanti mati’ dll anymore. DULU, gue gitu banget anaknya. Sekarang kalo ngaca, IYUUUHH. (Experience is the best teacher, aite? Hahaha)

Gue pengennya pacaran nanti aja kalo udah deket-deket usia matang pas mau nikah. Selain kalau pacaran lama gue selalu gagal dan kandas di tengah jalan, menurut gue what important the most sekarang tuh nyiapin diri dulu aja buat masa depan gue sama pasangan gue nantinya.
Ngumpulin uang yang banyak, pergi ke tempat-tempat yang belum pernah didatengin, gali pengalaman, ketemu dan belajar dari orang-orang hebat, dan.... fangirling pastinya. HAHAHA.


It isn’t really my time, or... I just haven’t met you yet? :p



Till then, mari kita liatin Gong Yoo yang super ganteng ini ajah.

Ma luvvv. Unrequited love. :")

























Saranghae!



"Kerjaan lo kok enak banget sih?", saya cuma bisa bilang aamiin dan alhamdulillah setiap denger kata-kata itu, sekaligus sangat bersyukur. Tapi nggak sedikit juga yang heran, menentang, sampai meremehkan apa yang saya kerjakan. Termasuk seorang "temen" lama ini.

Kemarin, seorang temen tersebut ngehubungin saya dan menyuruh untuk apply-apply ke beberapa perusahaan besar yang lagi buka lowongan kerja. Lalu saya nanya dong, "Loh kan saya udah kerja? Kenapa harus daftar?", dan dia bilang begini, "Kamu dari dulu nggak maju-maju, selalu diem di tempat aja. Kalopun maju, ya paling cuma selangkah-selangkah."

Enggak, saya nggak sakit hati dibilang gitu, cuma kesel aja. Hahaha enggak deng. Tapi dari beberapa tanggapan orang lain tentang apa yang kita lakukan tersebut, kita bisa tau, akan selalu ada orang yang setuju dan tidak setuju, akan selalu ada orang yang senang dan tidak senang, juga akan selalu ada orang yang menghargai dan meremehkan kita.

Tapi yang paling penting, setiap orang BERHAK untuk mendefinisikan kesuksesan dan kebahagiaan mereka masing-masing. Inilah kenapa saya sering banget berkoar-koar tentang passion.



Ngelihat temen-temen saya yang udah sukses berkarir di perusahaan-perusahaan besar, punya gaji yang lebih dari cukup, masa depan yang *kayaknya* terjamin, pasti bikin kita mupeng. Tapi yang paling bikin saya iri adalah, ngelihat orang-orang yang tau, dan yakin dengan apa yang mereka kerjain.

Itu yang mahal.

Yang lebih mahal lagi adalah orang-orang yang menikmati apa yang mereka kerjain. Klise banget nggak sih? Tapi seorang temen saya, yang kerja di perusahaan gede di bilangan Sudirman, yg tiap hari pulang malem, bilang gini kira-kira, "capek banget setiap hari gini, kita tuh udah kayak robot."

Kalau sukses dan bahagia cuma diukur dengan penggaris "uang", menurut saya kok rasanya sempit banget. Siapa sih yang nggak butuh uang? Saya nggak bilang uang itu nggak penting ya. Kita ya nggak bisa hiduplaaah kalau nggak ada uang. Yang bilang uang bukan hal yang penting kayaknya cuma orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya, orang-orang yang sudah merasa cukup.

Cukup. Itu kata kuncinya. Nah, sampai sejauh mana kita merasa cukup, setiap orang mengukurnya dengan berbeda-beda.

Waktu diskusi sama Kang Donny, yang udah berpuluh-puluh tahun di Chevron, kebanyakan orang cuma pengen sukses, tapi sebenernya belum tau, sukses yang kita pengenin itu yang kayak gimana. "Gue pengen ngebahagiain diri gue sendiri, orang tua gue." Nah, ngebahagiainnya itu ukurannya gimana? Apa ngeberangkatin orang tua pergi haji? Atau punya mobil 12? Atau cukup dengan makan 3× sehari terjamin, tidak ada tanggungan apa-apa? Jadi mulai sekarang, buat kita semua yang pengen sukses, kita harus mulai mikir dan ngerasain, sukses kayak gimana yang pengen kita capai. Selengkapnya formula-formula sukses Kang Donny ada disini.

Kaitannya sukses, uang, dan memilih pekerjaan dengan passion adalah gini, kalau kita bisa bekerja sesuai passion kita, dan menghasilkan uang, yang akan membawa kita mencapai kesuksesan yang kita mau, kenapa enggak dijalanin kan?


Nggak ada pekerjaan yang gampang. Apapun yang kita lakuin, apalagi di usia duapuluhan ini, pasti penuh dengan kegalauan, kebimbangan, keputusasaan, dan keinginan untuk nikah aja :")) hahahaha. Jadi saya mencoba meminimalisir kegundah gulanaan itu dengan tidak memaksakan diri untuk melakukan apa yang sebenernya bukan saya banget.



Mungkin apa yang temen saya bilang emang bener, dibanding dia yang udah lari kenceng ke jalan suksesnya dia, saya masih jalan selangkah-selangkah. Mungkin dia si kelinci, dan saya si kura-kura. Tapi ini bukan perlombaan siapa yang paling cepat mencapai garis finish. Ini tentang menjalani, dan menikmati hidup.

Siapa tau, saya, dan kamu semua yang merasa seperti kura-kura, dengan jalan kita yang selangkah-selangkah itu, kita bisa lebih banyak melihat sekitar, lebih banyak bertemu orang-orang, lebih banyak pergi ke tempat-tempat menyenangkan, dibandingkan para kelinci yang terlalu fokus untuk berlari dengan cepat sampai semua yang ada disekelilingnya menjadi buram dan tidak terlihat. Tapi si kelinci juga bukan berarti salah, siapa tau dengan ia berlari cepat, nanti ia akan lebih cepat juga sampai di sebuah tempat yang menyenangkan.

Bahagia dan suksesnya saya, dengan bahagia dan suksesnya kamu semua, pasti beda-beda.

Sekali lagi, tidak ada salah dan benar tentang sukses dan bahagia. Hak setiap diri kita untuk menentukan dan merunutkan langkah-langkah dan rute-rute yang akan kita tempuh. Yang salah adalah jika kita cuma bisa bermimpi. Mimpi dibuat bukan hanya untuk diimpikan, tapi untuk diwujudkan.

Jangan terjebak dengan sebuah "profesi". "Profesi hanyalah peran, dan peran bisa berubah sesuai dengan kebutuhan. Yang esensial adalah, bagaimana kita bisa menghasilkan karya, kita bisa berkinerja dalam pekerjaan kita. Itulah yang dinamakan dengan karir." -ReneCC.

Jadi kalau saya ditanya sekarang, "kok kerjaan lo enak banget sih?" Atau, "kok lo malah kerja gituan sih?", mungkin buat saya ini kayak lagi traveling dan singgah. Untuk sampai di tujuan saya, saya memutuskan untuk singgah di banyak tempat. Persinggahan saya yang pertama, adalah menjadi reporter, atau saya lebih suka disebut content writer ajah :") enak atau tidak enaknya, sebenernya itu adalah pilihan tentang bagaimana kita mau memperlihatkannya. Baaaanyak banget privilage dan pengalaman keren yang saya dapet, tapi juga nggak sedikit unek-uneknya hahaha :")

Tapi apakah saya akan terus jadi reporter? Mungkin iya, mungkin juga enggak. 


Siapa yang bisa tau akan jadi apa kita dalam kurun waktu 1, 5, atau 10 tahun mendatang kan? ;D

"You only have one life to live, so love what you do." -The Script




Ps: terima kasih inspirasinya, saya jadi bisa nulis ini hahahaha :p

Newer Posts
Older Posts

Hello, It's Rima!

Hello, It's Rima!
A free-spirited hippy type that often get soaked from dive so deep into her complex thoughts and a lot of big feelings.

Labels

asi vs sufor engagement korean drama life menujurrumah parenthood Rania review film rima's k-drama recap

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2018 (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (5)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (3)
  • ▼  2015 (9)
    • ▼  November (1)
      • We Are Not The Center of The Universe
    • ►  Oktober (2)
      • #TwentyAgain: Recap, Review, and Thoughts
      • Something is missing in your life, isn't it?
    • ►  Agustus (1)
      • Let's Not Fall In Love
    • ►  Juni (1)
      • Reuni, Penting Nggak Sih?
    • ►  Mei (1)
      • Selamat Ulang Tahun Mamah ♥♥♥
    • ►  April (1)
      • Fangirling aja deh!
    • ►  Maret (2)
      • "Kerjaan lo kok enak banget sih?"
  • ►  2014 (40)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (18)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (31)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)

Find something

Most Popular

  • Apa Cita-Citamu?
  • Everybody's Changing
  • Lumos
  • Do Something, Make Something
  • We Can't Wait Forever
  • Nozomi, A Hope
  • Conquering Query

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates